BROOKS Brothers, salah satu perusahaan ritel pakaian pria tertua di Amerika, mengajukan perlindungan kebangkrutan, Juli lalu. Korporasi yang berusia 202 tahun tersebut meminta perlindungan pengadilan dari para kreditur, selagi mereka tetap menjajal mencari pembeli. Dalam pengajuan pengadilan, perusahaan menyatakan bahwa mereka memiliki aset dan kewajiban antara US$500 juta dan US$1 miliar.
Brooks diketahui telah menutup sejumlah toko dan siap-siap menutup pabriknya di AS. Maka, Brooks Brothers bergabung dengan deretan ritel seperti J Crew, JC Penney, dan Neiman Marcus yang terhantam dampak pandemi virus corona. Brooks berdiri 1818. Desain produknya telah dipakai oleh puluhan presiden AS, termasuk John F Kennedy dan Barack Obama.
Ritel ini mengoperasikan 500-an toko di seluruh dunia, hampir setengahnya berada di AS, dan mempekerjakan lebih dari 4.000 orang. Sejak 2001, Brooks Brothers dimiliki pengusaha Italia, Claudio Del Vecchio, anggota keluarga pendiri merek Luxottica. Sebelumnya, Brooks dimiliki Marks & Spencer, antara 1988 dan 2001.
Dalam perjalanannya Brooks harus berjuang menghadapi perkembangan zaman. Yakni ketika pakaian kantor bukan lagi setelan jas, melainkan model kasual. Sedangkan Brooks identik dengan gaya pakaian yang kental bernuansa Amerika klasik. Brooks juga harus berjuang lebih keras ketika online shopping menjadi tren saat ini.
Del Vecchio mengatakan perusahaan itu mengambil langkah-langkah untuk memastikan kelangsungan bisnisnya. Apalagi mereka mempekerjakan hampir 700 orang di pabrik di New York, Massachusetts dan North Carolina. Brooks mau tak mau juga menutup 51 toko di Amerika. “Pada saat ini, semua sumber daya perlu dipertahankan dan disimpan untuk memastikan kita bisa keluar dari krisis ini,” katanya.●