JAKARTA—-Kepala Badan Pusat Statistik Nasional Suhariyanto mengungkapkan, pada Agustus 2018 terjadi deflasi sebesar 0.05 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 134,07. Hasil survei BPS terhadap IHK di 82 kota, ternyata 52 kota mengalami deflasi dan sisanya mengalami inflasi. Ini merupakan deflasi pertama untuk 2018.
“Deflasi terutama terjadi karena turunnya berapa indeks kelompok pengeluaran, di antaranya kelompok bahan makanan sebesar 1,10 persen. Dari kelompok bahan makanan ini, yang berpengaruh turunnya harga telur ayam dan bawang merah,” ujar Suhariyanto dalam jumpa pers di kantor BPS, Senin (3/9/2018).
Apa yang diungkapkan Kepala BPS pas dengan informasi Info Harga Pangan, yang menyebutkan pada awal September ini harga telur ayam ras di pasar di DKI Jakarta berkisar antar Rp22 ribu terendah dan tertinggi Rp25 per kilogramnya. Harga yang sama juga didapat di Kota Bandung, yaitu sekitar Rp23 hingga 24 ribu per kilogram.
Sebagai catatan pada Juli lalu harga telur ayam berkisar Rp27.500 hingga Rp30 ribu setiap kilogramnya dan menjadi salah satu pemicu inflasi pada Juli 2018.
Suhariyanto juga menyatakan defasi tertinggi terjadi Bau-bau sebesar 2,49% dengan IHK 134,76 dan terendah di Jember sebesar 0.01 persen dengan IHK sebesar 129, 38.
Sementara inflasi tertinggi terjadi di Tarakan sebesar 0,62 persen dengan IHK 144,9 dan terendah di Medan dan Padangsidempuan masing-masing sebesar 137,5 dan 131, 65.
Tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Agustus) 2018 sebesar 2.13 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Agustus 2018 terhadap Agustus 2017) sebesar 3,20 persen.
“Cukup bagus, karena di bawah target nasional sebesar 3,50 persen,” ucap dia.
Ilustrasi telur ayam-Foto: Inikata.com.Suhariyanto juga menyatakan tidak tertutup kemungkinan pada bulan-bulan berikutnya terjadi deflasi. Dengan syarat pemerintah menjaga harga pangan terus turun dan tidak mengalami pergolakan (van),