hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

BI: Ketidakpastian Global Masih Tinggi

Sumber: pexels.com

Peluang News, Jakarta – Bank Indonesia menilai ketidakpastian global saat ini masih menjadi faktor eksternal yang berpotensi menekan perekonomian Indonesia. Ketidakpastian global tetap tinggi terutama akibat kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS) yang makin luas.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan di Amerika Serikat kebijakan tarif impor berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat di tengah meningkatnya pemberian insentif fiskal, sementara laju penurunan inflasi tidak secepat yang diprakirakan.

“Ekonomi Eropa, Jepang, dan India juga terkena dampak rambatan kebijakan tarif impor AS tersebut di tengah permintaan domestik yang belum meningkat akibat keyakinan usaha yang rendah dan ekspor yang melambat,” ujarnya saat menyampaikan paparan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia bulan Maret 2025 pada Rabu (19/3).

Di sisi lain, lanjut Perry, pelemahan pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebagai akibat kebijakan tarif impor AS tertahan dengan kebijakan pelebaran defisit fiskal 2025 dari yang ditargetkan. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi dunia pada 2025 diprakirakan sebesar 3,2%.

Di pasar keuangan global, Bank Sentral mencatat ketidakpastian masih berlanjut diwarnai oleh penurunan yield US Treasury dan melemahnya indeks mata uang dolar AS (DXY) di tengah ketidakpastian penurunan Fed Funds Rate (FFR).

Aliran modal global yang semula terkonsentrasi ke AS bergeser sebagian ke komoditas emas dan obligasi di negara maju dan negara berkembang. Sementara itu, portofolio investasi saham masih terkonsentrasi ke negara maju kecuali AS, dan belum masuk ke negara Emerging Market (EM).

Tetap tingginya ketidakpastian global tersebut memerlukan respons kebijakan yang tepat dan terkoordinasi dengan baik untuk memperkuat ketahanan eksternal, menjaga stabilitas, dan mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.

Perry mengatakan Bank Indonesia akan terus mengoptimalkan bauran kebijakannya untuk tetap menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Stimulus kebijakan makroprudensial dan akselerasi digitalisasi transaksi pembayaran terus dioptimalkan sehingga bersinergi dengan stimulus fiskal Pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.

Bank Indonesia juga terus mendukung penuh implementasi program Asta Cita Pemerintah, termasuk untuk pembiayaan ekonomi, digitalisasi, serta hilirisasi dan ketahanan pangan.

Kabar baiknya, menurut catatan BI, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tetap baik dan mendukung ketahanan eksternal. Surplus neraca perdagangan berlanjut pada Februari 2025 sebesar US$3,1 miliar, setelah pada Januari 2025 mencatat surplus US$3,5 miliar. Sementara aliran masuk modal asing ke instrumen keuangan domestik membaik pada Maret 2025.

pasang iklan di sini