Hanya 30 kilo dari Manado, sebuah danau menjanjikan tempat relaksasi yang menyegarkan. Sayangnya, view danau nan elok terganggu sebaran eceng gondok yang membiak dengan cepat beberapa tahun belakangan.
JOHANN Friedrich Riedel, zendeling (pengabar Injil) besar dari Jerman, pertama kali mengunjungi Tondano, tahun 1831. Dia sangat terpesona ketika di lokasi itu dia menjumpai sebuah danau yang indah. “Di depan kami terbentang danau biru Tondano. Dikelilingi pegunungan hijau di setiap pemandangan,” ujar Riedel kala itu. Reinhold Grundemann merekam pengalaman Riedel dalam bukunya, Johann Friedrich Riedel: Ein Lebensbild aus der Minahassa auf Celebes (Gütersloh: C. Bertelsmann) terbit tahun 1873.
Sekira seratus tahun lampau, 1930-an, alam sekitar Danau Tondano masih memancarkan keindahan serupa. Danau Tondano identik dengan keseluruhan nama Tondano itu sendiri. Danau Tondano digambarkan secara indah dan segar. Bersepeda atau berjalan kaki di sekitar danau menjadi pengalaman yang menyenangkan. Di masa itu, tidak banyak terlihat orang-orang berperahu atau berenang di pinggiran danau. Orang-orang Minahasa umumnya menghuni lereng-lereng gunung.
Laporan ini menggambarkan kehidupan orang-orang Tondano di masa itu. Disebutkan, kebanyakan mereka tidak bermukim di pinggiran danau. Rumah-rumah mereka sangat sederhana. Pada sisi lain terhampar dataran yang luas. Di bagian tertentu terdapat sawah-sawah yang ditanami padi. Pada tahun 1806, kapal Inggris telah berlabuh di pelabuhan Manado. Tondano pernah hancur karena perang hebat pada tahun 1808-1809. Ini yang disebut Perang Tondano. Tidak lama setelah perang, Inggris datang menjajah wilayah ini.
Danau Tondano memiliki objek wisata yang terkenal ‘Sumaru Endo’ Remboken, dan Resort Wisata Bukit Pinus (Tondano arah Toliang Oki). Goa tikus dan bekas detasuka. Dari tepian Danau Tondano (Toliang Oki), kita dapat melintas puncak Bukit Lembean dan memandang keindahan Laut Maluku (di sebelah timur), tepatnya kawasan Tondano Pante (Kecamatan Kombi), Kabupaten Minahasa. Pondok Kinakas dapat dilihat di atas kantor Camat Kakas dan Bulevar Tontimomor.
Danau ini juga menyediakan pemandangan alam nan elok. Ada tiga gunung dan satu bukit yang menghiasi area sekitar danau. Yakni Gunung Lembean, Gunung Kaweng, Gunung Masarang dan Bukit Tampusu. Satu yang terlihat jelas adalah Gunung Kaweng yang menjulang tinggi dari tepi danau. Untuk sampai di lokasi wisata ini, setiba di Manado, lanjutkan perjalanan 30 km ke Tomohon. Dari sini, jarak ke Danau Tondano hanya 3 km, sekitar 20 menit perjalanan.
Guna menggairahkan kunjungan wisatawan, baik wisman maupun wislok, Pemkab Minahasa menggelar Festival Danau Tondano. Waktunya Oktober hingga awal November. Event ini sudah masuk kalender pariwisata nasional. Festival ditandai dengan Fun Walk, berawal dari God Bless Minahasa Park, peserta berkeliling Kota Tondano, berakhir di Benteng Moraya Tondano. Agenda lainnya, Lomba Mancing, Lomba Perahu Hias, Pemilihan Waraney dan Wulan Minahasa, dan Minahasa Expo. Puncak Festival menampilkan kegiatan seperti Tondano Lake Choir Festival 2018, pesta budaya, Tarian Maengket 3 babak, pelepasan 1.000 lentera dan 500 obor kasih.
TONDANO itu danau terluas di Provinsi Sulawesi Utara. Posisinya diapit Pegunungan Lembean, Gunung Kaweng, Bukit Tampusu, dan Gunung Masarang. Danau ini dilingkari dengan jalan provinsi dan menghubungkan Kota Tondano, Kecamatan Tondano Timur, Kecamatan Eris, Kecamatan Kakas, Kecamatan Remboken, dan Kecamatan Tondano Selatan. Hamparan sawah yang menghijau, rumah kayu dengan arsitektur Eropa dan cerobong asap yang menyembul. Pemandangan tersebut terasa sejuk di mata dan hati.
Danau ini penghasil ikan air tawar seperti ikan mujair, tawes, gabus, pior/kabos, payandgka, wiko (udang kecil), nike, tawes, pongkor/ikan mas, lobster hitam, gurame kupu-kupu, karper. Salah satu keistimewaan Danau Tondano adalah ikan khas yang tak dijumpai di perairan lain di Tanah Air. Namanya ikan Marbel Goby atau biasa disebut ikan Betutu. Nilai ekonominya tinggi. Harganya ratusan ribu per kilo.
Luas danau 4,278 ha atau 42,78 km². Ukurannya sekitar 5 x 11 km. Terletak di ketinggian 684 mdpl. Hingga, suasana dan udaranya sejuk. Pemandangan perbukitan hijau di sekitarnya bikin nyaman. Bahkan anda bisa merasa adem di siang hari. Danau ini jadi andalan lokasi wisata warga Sulawesi Utara, setelah Taman Nasional Bunaken. Di danau itu terdapat pulau kecil bernama Likri (depan Desa Tandengan Satu, Kecamatan Eris), yang berukuran 100 x 30 m; dan Pulau Babi. Dinamakan demikian karena, setiap kali ombak kecil menerpa bagian tertentu pulau itu, terdengar suara seperti teriakan seekor babi.
Air danau berfungsi untuk mencukupi berbagai kebutuhan masyarakat sekitar. Di tepian danau terlihat tambak-tambak para nelayan tersusun rapi. Beberapa penginapan di sini, yang mulai tumbuh sejak tahun 90-an, dirancang menghadap danau. Tempat ciamik buat kegiatan memancing. Anda bisa menyewa perahu untuk menikmati keindahan Gunung Kaweng yang diwarnai dengan pepohonan hijau.
SATU masalah serius menerpa Danau Tondano beberapa tahun belakangan adalah ekspansi eceng gondok. Belum sampai 1 abad dari tahun 1930-an , eceng gondok merajelala Entah kapan datangnya, karena eceng gondok bukanlah tanaman lokal. Sebuah literatur berbahasa Belanda yang ditulis K. Kemerlieng berjudul Leerboek der Plantkunde voor Nederlandsch-indie terbit tahun 1915 menjelaskan bahwa tanaman ini bukan asli Hindia Belanda atau Nusantara. Asalnya dari Amerika Selatan tetapi dapat tumbuh subur di daerah tropis macam Indonesia.Ketika dibawa ke sini, ia hanya dibudidayakan di Lands Plantentuin te Buitenzorg atau Taman Botani di Bogor, tahun 1894.
Pendangkalan danau, dan kerusakan ekosistem berhubungan dengan keberadaan eceng gondok yang sulit terkendali. Faktor penyebab meluapnya Danau Tondano di tahun 1981 itu adalah penggundulan hutan. Eceng gondok belum disebutkan sebagai faktor penyebab. Hutan di sebelah timur danau yang semula menghias Pegunungan Lembean telah disulap oleh penduduk Kecamatan Eris dan Kombi menjadi perkebunan cengkih. Hutan-hutan di Gunung Tampusu dan Lengkoan di sebelah barat danau juga nyaris punah.
Sejak pertengahan tahun 1970, Sungai Tondano telah dicemari oleh sampah-sampah rumah tangga. Bertambah lagi dengan longsoran dari Gunung Tampusu dan Lembean yang terjadi setiap musim hujan, penyebab terjadinya endapan lumpur yang mencapai dua meter.
Euthalia Hanggari Sittadewi dalam penelitiannya tahun 2008 menemukan bahwa luas perairan Danau Tondano 46 km² saat musim kemarau, dan 51 km² pada musim penghujan. Luas keliling dalam kondisi normal 35,5 km². Pendangkalan terus terjadi di danau ini. Pada tahun 1934 kedalaman airnya 40 meter, tahun 1974 jadi 28 meter. Tahun 1983 turun ke 27 meter; tahun 1992 jadi 16 meter, dan tahun 1996 kedalaman danau hanya 15 meter.
Penelitian lain menyebutkan, luas sebaran eceng gondok 130,77 ha atau 2,82% pada tahun 2006. Pada tahun 2011 meningkat jadi 292,66 ha atau 6,32%. Itu berarti selama periode 2006-2011 luas sebaran eceng gondok meningkat 161,89 ha dengan pertumbuhan tahunan rata-rata 32,38 ha.
Pertumbuhan eceng gondok yang sangat cepat dan sempat menutupi 20% luasan danau, yang terkonsentrasi di daerah sekitar permukiman penduduk dan perikanan tancap. Eceng gondok, tanaman lain serta fauna yang mati akan menjadi sedimen, makin lama makin stabil dan menjadi padat. Jika tidak dikendalikan, kondisi trofik Danau Tondano akan segera mencapai distrofik atau kehilangan ekosistem danau.
Pertumbuhan eceng gondok berdampak kurang baik bagi PLTA dan lalu lintas danau. Untuk kestabilan kegiatan PLTA, sekitar 40 kubik eceng gondok harus dikeluarkan dari Danau Tondano setiap hari. Cukup banyak upaya yang dilakukan pemerintah dan kelompok-kelompok masyarakat. Hasilnya belum menggembirakan. “Danau adalah tampungan air alami yang harus dijaga dengan baik. Karena itu, program kerja PUPR bidang Sumber Daya Air (SDA) di Provinsi Sulawesi Utara akan berfokus pada revitalisasi,” ujar Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono .
Membersihkan eceng gondok dan pekerjaan prioritas yang harus diselesaikan dalam revitalisasi Danau Tondano adalah pembangunan tanggul pembatas badan air danau sepanjang 18 kilometer. Ditargetkan, pembangunan tanggul secara keseluruhan dapat tuntas dalam waktu tiga tahun ke depan atau paling lambat tahun 2024. Tahun 2009, Kementerian Lingkungan Hidup melaporkan, sejumlah danau dan waduk di yang ditumbuhi eceng gondok dan telah menimbulkan masalah. Di antaranya Danau Rawa Pening, Danau Toba, Danau Kerinci, Danau Limboto, Danau Tempe, Danau Sentani, Waduk Saguling, Waduk dan Bendungan Curug, Danau Tondano. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019, dari total 840 danau di Indonesia, ada 15 danau prioritas yang memerlukan pengawasan karena kerusakannya yang cukup parah. Danau Tondano salah satu prioritas.