hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Berlomba-Lomba Perbesar Portfolio Kredit Berkelanjutan

Dalam lima tahun terakhir, penyaluran kredit berkelanjutan perbankan terus meningkat. Pada 2023, nilainya sebesar Rp1.959 triliun, tumbuh 25% dibanding tahun sebelumnya dan pangsanya mencapai 28% dari total penyaluran kredit.

Komitmen industri perbankan dalam mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) semakin menguat. Ini terlihat dari penyaluran kredit atau pembiayaan berkelanjutan yang meningkat setiap tahun.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan, pembiayaan berkelanjutan terus meningkat setiap tahun. “Hal ini dipengaruhi dorongan baik dari regulator maupun stakeholders sehingga perbankan semakin menganggap aspek pembiayaan berkelanjutan ini sangat penting,” kata Dian.

Tercatat jumlah penyaluran kredit berkelanjutan pada 2023, mencapai Rp1.959 triliun, atau 28% dari total penyaluran kredit sebesar Rp7.090 triliun. Jumlah kredit berkelanjutan itu tumbuh sebesar 25% dari 2022 mencapai Rp1.571 triliun. Pada 2019, kredit berkelanjutan sebesar Rp927 triliun, 2020 Rp1.181 triliun, dan 2021 sebesar Rp1.409 triliun.

Untuk diketahui, definisi kredit berkelanjutan mengacu pada POJK 51/2017 dan POJK 60/2017 yang direvisi pada POJK 18/2023 terkait pendefinisian Kegiatan Usaha Berwawasan Lingkungan (KUBL). Dalam aturan terbaru itu KUBL dinyatakan sebagai kegiatan usaha dan/atau kegiatan lain yang bertujuan untuk melindungi, memperbaiki, dan/atau meningkatkan kualitas atau fungsi lingkungan.

Selanjutnya dalam Pasal 8 POJK 18/2023, sektor usaha berwawasan lingkungan yakni energi terbarukan; efisiensi energi; pencegahan dan pengendalian polusi; pengelolaan sumber daya alam hayati dan penggunaan lahan yang berkelanjutan; konservasi keanekaragaman hayati darat dan air; transportasi ramah lingkungan; pengelolaan air dan air limbah yang berkelanjutan; adaptasi perubahan iklim; produk yang dapat mengurangi penggunaan sumber daya dan menghasilkan lebih sedikit polusi; bangunan berwawasan lingkungan yang memenuhi standar atau sertifikasi yang diakui secara nasional, regional, atau internasional; dan/atau kegiatan usaha dan/atau kegiatan lain yang berwawasan lingkungan lainnya.

Selain itu, OJK telah menerbitkan Taksonomi Hijau Indonesia (THI) yang disempurnakan dalam Taksonomi Keuangan Berkelanjutan Indonesia (TKBI).  Ruang lingkup TKBI mencakup pada Nationally Determined Contribution (NDC) related sector (serta perubahannya).

Berdasarkan Enhanced NDC Indonesia tahun 2022, terdapat lima fokus sektor yaitu Energy, Waste, Industrial Processes and Production Use (IPPU) atau segala aktivitas industri yang secara kimiawi atau fisik mengubah bahan dan mencakup berbagai kegiatan proses produksi; Agriculture, dan Forestry and Other Land Uses (FOLU) atau sektor kehutanan dan penggunaan lahan.

Pada tahun ini, industri juga terus melanjutkan komitmen dalam menyalurkan kredit berkelanjutan. Ambil contoh Bank CIMB Niaga yang telah menyalurkan kredit berkelanjutan senilai Rp56,4 triliun, atau pangsanya 26% dari total penyaluran kredit sepanjang semester I 2024.

Direktur Compliance, Corporate Affairs & Legal CIMB Niaga Fransiska Oei mengatakan, CIMB Niaga mendukung praktek bisnis yang sesuai dengan prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola. “Hal ini merupakan bukti komitmen CIMB Niaga untuk tidak sekadar mengejar profit, namun juga berkontribusi menjaga kelestarian lingkungan dan bumi untuk generasi mendatang,” katanya dalam konferensi pers di Jakarta, 2 Oktober 2024.

Selain dari sisi pembiayaan, bank yang saham mayoritasnya dikuasai CIMB Group Berhad SDN BHD itu juga menerapkan prinsip keberlanjutan pada operasional Perseroan. Ini terlihat antara lain dari proses digitalisasi, penggunaan panel surya sebagai sumber energi listrik, dan penerapan manajemen limbah.

Selain CIMB Niaga, Bank BCA juga terus menyalurkan kredit berkelanjutan, termasuk investasi pada obligasi hijau dan kredit dengan skema sustainability linked loans. Kredit berkelanjutan BCA pada semester I 2024 tumbuh sebesar 9,3% mencapai Rp198 triliun atau 23,2% dari total kredit. Bank yang terkenal dengan transaction banking-nya itu juga konsisten mendukung perkembangan ekosistem kendaraan listrik melalui penyaluran pembiayaann sebesar Rp1,5 triliun.

Sementara pada tahun sebelumnya, portofolio kredit berkelanjutan BCA sebesar Rp202,6 triliun atau 24,8% dari total kredit dan meningkat 10,6% dibandingkan 2022 sebesar Rp183,2 triliun. Portofolio kredit berkelanjutan itu terdiri atas KUBL sebesar 42,7% dan UMKM sebesar 57,3%.

Dalam pemberian kredit, BCA telah menerapkan beberapa kebijakan dan prosedur agar kegiatan bisnis berjalan selaras dengan pembiayaan yang bertanggung jawab. Salah satu usaha BCA dalam pembiayaan yang bertanggung jawab adalah dengan menerapkan kebijakan sektoral kredit untuk sektor-sektor yang berpotensi memiliki risiko tinggi terhadap kerusakan lingkungan. BCA juga telah menerbitkan exclusion list sebagai guideline risk appetite dengan tetap memperhatikan aspek risiko tiap sektor.

Sementara bank-bank pelat merah pun tidak ketinggalan dalam menyalurkan kredit berkelanjutan. Seperti BRI yang telah menggelontorkan kredit berkelanjutan sebesar Rp793,6 triliun per semester I-2024, atau mencapai 65,2% dari total pembiayaan dan investasi corporate bond.

Kredit keberlanjutan BRI terdiri dari kredit ke sektor sosial sebesar Rp699,8 triliun dan KUBL sebesar Rp89,8 triliun.  KUBL terdiri dari penyaluran kredit kepada sektor pengelolaan sumber daya alam hayati dan penggunaan lahan yang berwawasan lingkungan senilai Rp60,83 triliun, transportasi hijau sebesar Rp11,47 triliun, energi terbarukan Rp6,48 triliun, dan sektor KUBL lainnya sebesar Rp11 triliun.

Melihat tren yang terus meningkat, kredit berkelanjutan bukan sekadar mematuhi regulasi saja tetapi sudah menjadi kebutuhan. Ini sangat positif dalam mendukung pembangunan berkualitas yang tidak hanya bermotif ekonomi tetapi juga memerhatikan dalam sosial dan lingkungan. (Kur).

 

pasang iklan di sini