JAKARTA—Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf mengungkapkan, ada potensi investasi dari Korea Selatan mencapai 80 Miliar Dolar AS dari Korea Selatan. Menurut dia, hal itu dia ketahui ketika mendampingi Presiden berkunjung ke Korea Selatan.
Menurut dia investor dari negeri ginseng itu tertarik untuk berinvestasi ke Indonesia. “Di antara mereka sudah ada yang berinvestasi dan ingin menambahkan investasinya. Di antara mereka ada yang berinvestasi pada film, seperti film Pengabdi Setan dari Joko Anwar,”ucap Triawan, Rabu (12/9/2018).
Ke depannya, Korea Selatan berminat bekerja sama menggarap sejumlah film bersama, baik murni membuat film Indonesia maupun film campuran Indonesia dan Korea Selatan. “Kami pelajari dulu karena kita masih terkendala, teknik dan peralatan,” tutur Triawan.
Hingga 2017 setidaknya ada empat film Indonesia bekerja sama dengan Korea Selatan. Selain Pengabdi Setan, film lainnya ialah Sweet 20 (2017) yang merupakan adaptasi dari film Korea, Miss Granny. Dua lagi ialah Catatan Dodol Calon Dokter (2016) dan A Copy of Mind (2015).
Pertumbuhan Film Indonesia
Kontribusi sektor ekonomi kreatif terhadap PDB Indonesia 7,02% di 2014 dan dalam RPJMN pada periode 2015-2019 diharapkan berkontribusi lebih dari 12%. Triawan pernah menyatakan,pada 2016 berdasarkan data Bekraf, ekonomi kreatif memberikan kontribusi sebesar 7,38 persen terhadap total perekonomian nasional dengan total PDB sekitar Rp 852,24 triliun.
Di antara industri kreatif yang pertumbuhannya cukup tinggi ialah pada film yang mencatatkan pertumbuhan sekitar 10,28 persen.
Sebagai catatan jumlah penonton film Indonesia pada 2017 mencapai 42 juta, meningkatkan cukup signifikan dari 2016, yaitu 34,5 juta penonton.
Pada 2018 hingga menjelang pertengahan September 2018 berdasarkan hitungan jumlah penonton 15 film terlaris saja,yaitu Dilan 1990 yang berjumlah 6,3 juta penonton dan urutan ke 15, serta film yang berjudul 22 Menit sebanyak 786 ribu penonton, jumlah penonton yang diraup di atas 30 juta.
Belum lagi puluhan film di bawahnya yang meraup ratusan ribu penonton. Masih ada sejumlah film laris, yang belum tayang, seperti Gila Luh Ndro, film horor Asih, serta film Rangga dan Hanum, serta berapa film lagi. Diprediksi angka 42 juta penonton 2017 pasti akan terlampaui.
Dilihat dari pertumbuhannya, investasi ke film Indonesia memang mempunyai daya tarik tinggi (van).