
Peluang News, Jakarta – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memasang target penambahan dua juta investor pasar modal baru di tahun ini. Kendati ketidakpastian dan gejolak global masih menghantui.
Berdasarkan data Single Investor Identification (SID), jumlah investor pasar modal yang terdiri dari investor saham, obligasi, dan reksa dana dan surat berharga lainnya telah bertumbuh 1,28 juta sejak 2023 menjadi 13,45 juta investor sampai dengan 9 Agustus 2024. Total jumlah emiten tercatat di pasar modal mencapai 935 perusahaan per Agustus 2024.
“Walaupun kondisi ekonomi kita atau global masih challenge, tapi kita harapkan transaksi di bursa kita tetap bisa meningkat. Target kita di akhir tahun 2024 (tambah) 2 juta investor,” ujar Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman dalam Konferensi Pers HUT ke-47 Pasar Modal Indonesia di Kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (12/8/2024).
Pasar saham, menurut Iman Rachman, masih bergerak dinamis dipengaruhi faktor eksternal dan internal. Rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) bursa bergerak fluktuatif. Di awal tahun ini RNTH berada di kisaran Rp10 triliun, lalu per Agustus 2024 naik menjadi Rp11,8 triliun.
“Bahwa kinerja pasar modal kita, indeks saham, dan sebagainya sangat berpengaruh terkait tekanan global. Kalau dari domestik itu pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, instrumen investasi, dan lainnya,” jelasnya.
Apabila bicara RNTH, ungkap Iman, hal itu juga fluktuatif, di mana di awal tahun itu di angka rata-rata Rp10 triliunan, tapi kemarin berada di angka kurang dari Rp12 triliun transaksi per harinya.
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 0,22% secara year-to-date pada level 7.256,996 dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp12.302 triliun. Saat ini, lanjut Iman, investor masih menahan diri atau wait and see menunggu pembentukan kabinet pemerintahan Prabowo Subianto terbentuk. Dus, investor menunggu penurunan suku bunga kebijakan Amerika Serikat (AS) atau fed funds rate/FFR yang diperkirakan terjadi pada September mendatang.
“Tentu saja investor wait and see melihat komposisi kabinet di pemerintahan baru yang akan dimulai pada pertengahan Oktober nanti dan juga soal penurunan FFR,” ucapnya. (Aji)