PENDUDUK Indonesia tergolong paling aktif berinternet ria. Mereka bisa online enam jam sehari. Hanya saja, jika dielaborasi, angka itu tak menyebar rata. Di sana ada ketimpangan akses yang belum menyempit. Memang ada percepatan adopsi layanan berkemampuan internet selama pandemi Covid-19, dan itu ikut mendorong pertumbuhan ekonomi digital.
Dalam laporan bertajuk “Beyond Unicorn: Memanfaatkan Teknologi Digital untuk Inklusi di Indonesia”, Bank Dunia menyebut kesenjangan konektivitas dasar tetap menjadi rintangan utama di Indonesia. Hampir setengah dari populasi orang dewasa masih belum memiliki akses ke teknologi digital. Secara bersamaan, kesenjangan konektivitas perkotaan dan pedesaan belum menyempit.
Proporsi orang dewasa Indonesia yang mengakses internet meningkat dari 13 persen pada 2011 menjadi 51 persen pada 2019. Selain itu, 62 persen orang dewasa Indonesia di daerah perkotaan terhubung ke internet dibandingkan dengan 36 persen di daerah pedesaan. Pada 2011, angka masing-masingnya 20 persen dan 6 persen.
Penduduk Indonesia di 10 persen teratas dari distribusi pendapatan lima kali lebih terhubung daripada mereka yang berada di 10 persen terbawah. “Pada saat yang sama, pemerintah perlu mengatasi tantangan terkait regulasi dan lingkungan bisnis agar perusahaan dapat berinovasi dan bersaing secara efektif,” kata Satu Kahkonen, Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste.
Fragmentasi data dan penggunaan sistem identitas digital nasional yang belum komprehensif adalah beberapa tantangan utama yang menahan pemerintah dari transformasi digital yang lebih luas. Agar Indonesia dapat memanfaatkan teknologi digital untuk inklusi yang lebih besar, laporan baru ini menekankan tiga prioritas kebijakan. Pertama, meningkatkan konektivitas digital dan universalisasi akses ke internet berkualitas tinggi melalui upaya-upaya seperti meningkatkan kejelasan peraturan seputar berbagi infrastruktur telekomunikasi. Kedua, memastikan ekonomi digital bekerja untuk semua. Hal ini dapat didukung oleh logistik yang lebih baik dan investasi yang lebih besar dalam keterampilan yang relevan untuk era digital. Ketiga, penggunaan teknologi digital untuk memberikan layanan publik yang lebih baik, meningkatkan kualitas interaksi warga dan negara, dan membangun kepercayaan di dunia digital.●