hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza
Daerah  

Bandar Lampung, Kota Perlintasan di Ujung Andalas

Pemekaran alami Kota Tanjung Karang dan Telok Betong, juga Panjang, di ujung selatan Pulau Sumatera menghasilkan Bandar Lampung. Tanggal 17 Juni depan, usianya 338 tahun.

BANDAR Lampung merupakan kota terbesar dan terpadat ketiga di Pulau Sumatera, setelah Medan dan Palembang. Termasuk salah satu kota besar di Indonesia dan kota terpadat di luar Pulau Jawa. Luas daratannya 197,22 km² yang terbagi ke dalam 20 kecamatan dan 126 kelurahan, dengan populasi 1,4 juta jiwa. Saat ini Bandar Lampung merupakan pusat jasa, perdagangan, dan perekonomian di Provinsi Lampung. Kota ini memiliki andil penting dalam jalur transportasi darat dan aktivitas pendistribusian logistik dari Jawa menuju Sumatera dan sebaliknya.

Terhubung oleh Pelabuhan Bakauheni,yaitu pelabuhan penyeberangan yang terletak di Kecamatan BakauheniKabupaten Lampung Selatan. Terletak di ujung selatan dari Jalan Raya Lintas Sumatera, pelabuhan Bakauheni menghubungkan ujung selatan Sumatera dengan ujung barat Jawa via perhubungan laut.

Ratusan trip feri penyeberangan dengan 24 buah kapal feri mengarungi Selat Sunda;  menghubungkan Bakauheni dengan Merak di Provinsi Banten, Pulau Jawa. Feri-feri penyeberangan ini terutama melayani jasa penyeberangan angkutan darat seperti bus-bus penumpang antar kota antar provinsi, truk-truk barang maupun mobil pribadi.

Durasi perjalanan antara Bakauheni dan Merak atau sebaliknya rata-rata 2 jam. Para pengguna tranportasi umum juga dapat menggunakan kapal kecil untuk mempercepat perjalanan. Waktu tempuhnya hanya sekitar 1 jam. Biayanya tentu saja lebih mahal. Kapal hanya beroperasi dari pagi hingga sore hari, itu pun jika ombak tidak besar.

Sejak zaman kemerdekaan RI, Kota Tanjungkarang dan Kota Telokbetong menjadi bagian dari Kabupaten Lampung Selatan. Secara geografis, Telukbetung berada di selatan Tanjungkarang. Pada tahun 1984, Telukbetung, Tanjungkarang dan Panjang (serta Kedaton) digabung dalam satu kesatuan Kota Bandar Lampung, mengingat ketiganya sudah semakin kabur dan berbaur batas-batas pemisahnya.

Pada perkembangannya selanjutnya, status Kota Tanjungkarang dan Kota Telukbetung terus berubah dan mengalami beberapa kali perluasan. Pada tahun 1965, setelah Keresidenan Lampung dinaikkan statusnya menjadi Provinsi Lampung tahun 1965, Kota Tanjungkarang-Telukbetung berubah menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Tanjungkarang-Telukbetung dan sekaligus menjadi ibu kota Provinsi Lampung.

Menurut data Pemprov Lampung, persentase orang Jawa yang tertinggi, yakni 65,8%. Disusul Lampung 12,8%, Sunda 11,36%, Minangkabau 3,57%, Batak 2,13%, Bali 1,73% dan etnis lainnya 2,15%. Secara berseloroh, bahkan ada yang menyebut Lampung sebagai Provinsi Jawa Utara. Bagaimanapun, hal itu berkaitan erat dengan pemindahan penduduk dari Jawa ke Sumatera sejak awal abad ke-20.

Pada November 1905, setelah melihat sekilas megahnya Kota Betawi, mereka naik kapal dari Tanjung Priok. Kapal uap yang mereka tumpangi melayari Selat Sunda dan tiba di palabuhan kecil di Teluk Betung. Lokasinya di Gudang Lelang, Teluk Betung. Kini menjadi pasar ikan. Mereka berjalan kaki ke Gedong Tataan selama dua hari. Tak ada kendaraan untuk mengangkut 815 orang (155 KK). Hari-hari berat pun dimulai. Setengah hari bekerja (mengurus lahan) untuk (kepentingan pemerintah) Belanda, setengah harinya lagi untuk mengurus ladang mereka sendiri.

Orang-orang Jawa yang disebut kolonisten. Selain menjadi transmigran, sebelumnya orang-orang Bagelen juga ada yang bekerja sebagai kuli di perkebunan-perkebunan kolonial di Deli. Mereka diberi bantuan secukupnya. Sebagai perangsang, setiap KK diberi premi 20 gulden, disediakan alat-alat masak dan alat-alat pertanian. Mereka juga diberi material untuk membangun perumahan dan bahan-bahan makan untuk dua tahun. Biayanya 300 gulden/KK. Hal itu dilakukan hingga 1927. Setelah 155 KK tiba di Gedong Tataan pada 1905.

Tahun berikutnya, 550 KK Jawa asal Banyumas juga didatangkan. Jumlahnya total mencapai 2.795 jiwa. Dari 1919 hingga 1928, selain masih mendatangkan kolonisten asal Kedu, didatangkan juga dari Kediri dan Tulungagung. Menurut data Museum Transmigrasi, sekitar 51.006 KK (206.361 jiwa) telah dipindahkan oleh pemerintah kolonial Belanda dari 1905 hingga 1943.

Antara 1939 dan 1940, puluhan ribu orang dari Pulau Madura juga hijrah ke Lampung. Pada 1952, pemerintah Republik Indonesia mengirim orang-orang dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Bali. Jumlahnya 6.111 orang/1.220 KK. Dari tahun 1952 hingga 1968, terdapat 53.168 KK (221.035 jiwa) yang dipindahkan. Di daerah bekas tujuan transmigrasi itu, tak sulit mencari nama daerah dengan nama Jawa.

Kini, Provinsi Lampung yang mengambil simbol sigar (mahkota) sudah terlalu penuh untuk dijadikan daerah transmigrasi. Lampung sekarang jadi daerah asal transmigran. Bukan lagi menjadi daerah tujuan transmigrasi, justru transmigran asal Lampung yang kini banyak dikirim ke berbagai daerah di Pulau Kalimantan.

Hari jadi Kota Bandar Lampung, 17 Juni 1682, ditetapkan lewat simposium Hari Jadi Kota Tanjungkarang-Telukbetung pada tanggal 18 November 1982 dan dikukuhkan Perda No. 5/1983 tanggal 26 Februari 1983. Rujukannya adalah laporan dari Residen Banten, William Craft, kepada Gubernur Jenderal Cornelis yang didasarkan pada keterangan Pangeran Aria Dipati Ningrat (Duta Kesultanan) yang disampaikan kepadanya tanggal 17 Juni 1682.

Isinya antara lain: “Lampong Telokbetong di tepi laut adalah tempat kedudukan seorang Dipati Temenggung Nata Negara yang membawahi 3.000 orang” (Deghregistor yang dibuat dan dipelihara oleh pimpinan VOC halaman 777 dan seterusnya). Artinya, tanggal dan bulan tersebut merupakan pengakuan dari pihak luar bahwa di Teluk Betung sudah ada pemerintahan.

JIKA anda sedang plesiran di Lampung, hanya 45 menit penerbangan dari Bandara Soetta, mampirlah ke sebuah warung kopi. Anda niscaya menemukan menu pisang geguduh. Sama seperti pisang goreng lainnya, hanya berbeda cara mengolahnya. Sebelum digoreng, pisangnya dihaluskan dulu kemudian dicampur dengan tepung, gula, dan telur hingga menjadi adonan. Mirip pembuatan kuliner pisang nugget. Jenis pisang yang digunakan umumnya pisang ambon, pisang uli, atau pisang kepok.

Akhir-akhir ini. masyarakat Lampung melakukan modifikasi kuliner yang satu ini dengan menambahkan topping sebagai pelengkap sekaligus agar enak dilihat. Di atas pisang geguduh biasanya diberi taburan mesis, kismis, atau susu.

Cukup banyak pilihan kuliner tradisional khas Lampung yang patut dicicipi. Sebut saja Pisro adalah olahan ikan yang bahan utamanya ikan Betok dan Tembakang; Benjak enjak terbuat dari campuran beras ketan, pisang raja tua, santan dan gula; Umbu adalah masakan berbahan dasar rotan muda yang direbus sampai menjadi lunak. Keripik pisang merupakan pilihan utama camilan khas Lampung karena rasanya yang enak dan renyah. Variasi rasanya juga sangat beragam, mulai dari cokelat, keju, stroberi, susu dan yang lainnya. Menu ini kini jadi ikon kuliner Lampung.●(dd)

pasang iklan di sini