Sudah banyak anggota dan masyarakat yang menerima manfaat dari program pemberdayaan yang dijalankan. Kemandirian ekonomi dan meningkatnya kesejahteraan merupakan hal yang dituju dari program tanggung jawab sosial.
BMT merupakan lembaga yang menjalankan fungsi ekonomi dan fungsi sosial sekaligus. Keduanya sama penting untuk menumbuhkan usaha dan meningkatkan kepercayaan anggota dan masyarakat terhadap eksistensi lembaga.
Rohmat Susanto, Ketua KSPPS Assyafi’iyah Berkah Nasional (Ber-Nas) Lampung menyadari betul kedua fungsi tersebut. Oleh karenanya, BMT yang ia pimpin konsisten untuk mengejar keuntungan sekaligus tak lelah berbagi. “Fungsi sosial diljalankan melalui Baitul Maal dengan program yang terukur dan bermanfaat bagi anggota dan masyarakat,” ujar Rohmat.
BMT yang didirikan pada 1995 ini melakukan penghimpunan dana zakat, infak, sedekah dan wakaf (Ziswaf) untuk membiayai beragam kegiatan sosial. Jumlah dana Ziswaf yang terkumpul trennya menanjak dan sampai akhir tahun lalu mencapai Rp1,37 miliar. Ini menandakan kepercayaan dari para dermawan yang terus bertumbuh terhadap Baitul Maal BMT terbesar di Lampung ini.
Setidaknya ada empat program Baitul Maal yang dijalankan Pengurus yaitu Pinjaman QH (Qordul Hasan), hibah kambing bergulir dan santunan-santunan seperti tanggap bencana, pembuatan sumur bor, santunan janda lingkungan dan lainnya.
Pinjaman QH atau kebajikan merupakan pinjaman lunak tanpa bagi hasil bagi anggota yang baru akan memulai usaha atau untuk menambah pengembangan usaha dengan kriteria usaha atau ekonominya menengah ke bawah. Sampai akhir 2019 lalu, outstandingnya mencapai Rp567 juta.
Cukup banyak anggota yang sudah mendapat manfaat dari pinjaman kebajikan ini. Salah satunya adalah Apriyanto, lelaki berumur 48 tahun yang tinggal di desa Purwosari Kec. Batangahari Nuban Kab. Lampung Timur.
Pada awal 2017 Aprianto mendapat pinjaman kebajikan sebesar Rp2 juta untuk mengembangkan usaha ternak bebek petelur yang sudah digelutinya sejak 2015. “Pinjaman awal saya Rp2.000.000,- dan awalnya saya hanya memiliki 20 ekor, dari uang itu saya gunakan untuk memperbesar kandang. Telur dari 20 ekor bebek itu saya tetaskan sendiri menggunakan alat tetas telur dan Alhamdulillah bisa menjadi indukan lagi, sekarang memiliki indukan 60 ekor,” ujarnya.
Masih banyak Apriyanto-Apriyanto lain yang mendapatkan pinjaman kebajikan serupa. Sebut saja Heri Susanto, tukang service handphone yang kini sudah memiliki counter sendiri. Ada pula Mellya, janda lima anak yang berjualan pakaian. Awalnya ia berjualan di kios kecil berukuran 2×2 meter yang dikontrak Rp1,5 juta pertahun.
“Pinjaman pertama saya waktu itu digunakan untuk membayar kontrakan kios. Tapi berkat bantuan modal dari Baitul maal BMT Asysyafi’iyah kini saya bisa membeli kios tersebut dengan cara mencicil dari hasil berjualan pakaian. Alhamdulillah, terimakasih kepada Baitul Maal. Saya sangat merasakan manfaat program dari Baitul Maal. Dagangan saya sekarang lebih banyak, anak-anak saya bisa sekolah, bahkan tiga orang anak saya sudah lulus SMA dan sekarang sudah pada bekerja,” ujar Mellya.
Tanggung jawab sosial yang dijalankan Baitul Maal, kata Rohmat, merupakan perwujudan dari ksedaran etis untuk saling berbagi dan tumbuh bersama masyarakat dan lingkungan. “Baitul Maal BMT Assyafi’iyah senantiasa mengembangkan program pemberdayaan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat,” pungkasnya. (Kur)