hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Badan Pangan Minta Bulog Tambah Cadangan Beras

Jakarta (Peluang) : Saat ini pasokan beras yang tersedia di Perum Bulog sekitar 800 ribu ton.

Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) meminta Perum Bulog segera menambah pasokan cadangan beras pemerintah (CBP) yang digunakan untuk operasi pasar.

Karena saat ini pasokan CBP yang tersedia di gudang Bulog hanya sekitar 800 ribu ton atau di bawah dari batas aman yang ditentukan pemerintah.

“CBP itu minimal 1,2 ton sampai 1,5 ton. Saat ini ada 800 ribu ton, ya harus ditambah sampai akhir tahun. Jadi berapa pun yang diminta kita harus penuhi, per minggu ini kita harus siapkan,” kata Kepala Badan Pangan Nasional/NFA Arief Prasetyo Adi saat meninjau pasokan dan harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta, Senin (3/10/2022).

Ia mengatakan, pemerintah telah memberikan fleksibilitas harga acuan pembelian gabah dan beras petani lebih tinggi. Hal itu agar Bulog dapat menyerap lebih banyak produksi petani untuk dijadikan CBP dan mampu bersaing dengan para produsen beras swasta.

Harga acuan gabah kering panen (GKP) di petani oleh Bulog diatur sebesar Rp 4.450 per kilogram (kg) dari harga normal Rp 4.200 per kg. 

Selain itu, harga gabah kering giling (GKG) di penggilingan menjadi Rp 5.550 per kg dari Rp 5.250 per kg.

Pemerintah juga menaikkan harga acuan GKP di gudang Bulog menjadi Rp 5.650 per kg dari Rp 5.300 per kg dan beras di gudang Bulog Rp 8.800 per kg dari sebelumnya Rp 8.300 per kg. “Fleksibilitas harga itu berlaku hingga 30 November 2022,” ujarnya.

Badan Pangan juga meminta kepada Bulog untuk terus melakukan operasi pasar beras medium. Tercatat, selama September Bulog telah menggelontorkan beras hingga 200 ribu ton dari biasanya hanya 30 ribu- 40 ribu ton.

Menurut Arief, meskipun pasokan cadangan beras Bulog berada pada level yang rawan, tapi Badan Pangan tetap menjamin ketersediaan beras untuk masyarakat hingga akhir tahun ini. 

Badan Pangan mencatat, stok beras di Pasar Induk Beras Cipinang saat ini mencapai 42 ribu ton per hari.

“Itu masih aman, karena Jakarta ini mendistribusikan 30 persen beras ke nasional,” ujar Arief.

Namun,  Arief juga tidak menampik adanya tren kenaikan harga beras saat ini. Menurutnya, kenaikan harga lebih diakibatkan oleh peningkatan biaya produksi seperti pupuk, logistik, hingga bahan bakar.

Apalagi pemerintah baru saja menaikkan harga BBM bersubsidi sebesar 30 persen yang dinilai akan berdampak pada kenaikan harga-harga secara keseluruhan.

“Pasti itu akan dikonversi ke harga beras. Tapi tidak serta merta kenaikan 30 persen harga beras naik 30 persen. Tidak begitu. Biaya produksi mesti dihitung ulang,” kata Arief.

Direktur Supply Chain Bulog, Mokhamad Suyamto, mengatakan, pihaknya terus melakukan penyerapan gabah untuk mengejar target volume 1,2 juta ton.

Menurut dia, dengan fleksibilitas harga yang baru, Bulog memiliki daya tawar lebih untuk membeli gabah petani. Adapun saat ini rata-rata penyerapan gabah dan beras oleh Bulog mencapai 2.000 ribu ton per hari.

Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso menyatakan bahwa kenaikan harga beras disebabkan karena faktor cuaca, distribusi dan pihak swasta yang mulai menguasai pasar. 

“Selain gangguan cuaca, juga  berkembangnya swasta memproduksi beras dengan teknologi tinggi. Pabrik mereka menguasai dan sampai hari ini juga tidak ada pengendalian buat mereka,” kata Budi.

Lebih lanjut, Budi mengatakan, pihaknya dalam memenuhi CBP mengikuti aturan batasan harga pembelian. Sedangkan, pihak swasta hingga saat ini bergerak bebas tanpa dibatasi aturan.

Pihak swasta  merusak harga di lapangan, petaninya tidak mendapatkan harga yang sesuai. “Saya tahu persis sehingga satgas pangan yang harus bergerak, jangan diberikan juga kesempatan mereka bermain seperti itu,” pungkasnya. (S1).

pasang iklan di sini