KLATEN-–Menanaman tanaman itu sedekah tetapi juga memberikan berkah. Dengan menanam maka akan memberikan oksigen bagi semua mahluk hidup di muka Bumi, tetapi bila jeli, maka Anda akan mendapatkan cuan.
Afip Amrizal Basri, seorang pemuda desa menemukan berkah tersebut lewat bunga cantik celosia, sewaktu dia bersama kawan-kawannya mengelola Bono Park di Kampung Tlogowono, Desa Bono, Kecamatan Tulung.
Bono Park awalnya hanya spontanitas pemuda kelahiran 1997 ini menanam refugia di tepi jalan yang kemudian difoto lalu disebarkan lewat instagram dan menjadi viral karena menjadi foto yang cantik. Akhirnya dia bersama teman-temannya belajar secara otodidak membuat Bono Park.
Suatu ketika ada seorang pengunjung yang datang ingin membeli bibit celosia dengan tinggi sekitar 10-15 cm. Saat itu laku dengan harga Rp3.000. Dari sana jiwa dagangnya muncul, kejadian itu mendorongnya untuk menyiapkan tanaman hias sesuai dengan permintaan.
Sayangnya Bono Park meredup karena berbagai kendala, mulai dari masalah internal hingga dukungan eksternal yang makin berkurang. Namun kepalang basah alumni Jurusan Teknik Informatika, Universitas Widyadarma, Klaten ini memutuskan terjun ke dunia agribisnis.
“Saya teruskan bisnis ini di rumah saya. Saya punya uang Rp400.000 untuk beli kulakan kaktus dapat berapa macam kaktus. Hanya satu meja 1 meer x 0,75 meter di ruang tamu. Saya memulai bisnis pada 2019. Saya usaha sendiri,” ujar Afip ketika dihubungi Peluang, Sabtu (22/1/22).
Variasi tanaman hiasnya pun bertambah, mulai mengembangkan varian jelosia, kaktus, aglomenia, anturium, sirih-sirihan, alocasia dan sebagainya.
Mulai dari sebuah meja, Afip pun mempunyai lahan sendiri untuk mendirikan grenhouse dan bahkan menambah menyewa lahan perkarangan warga desa lainnya. Pemasaran baru dilakukan secara lokal dan se-Jawa.
Afip menjual tanamannya mulai dari Rp5 ribu hingga Rp1 juta. Sempat omzetnya selama satu bulan tembus Rp40 juta. Penjualan umumnya dilakukan secara daring lewat media sosial, namun ada juga pengunjung datang ke greenhouse untuk melihat produknya secara fisik
Pandemi cukup menjadi kendala mengembangkan bisnisnya, terutama karantina untuk pengiriman luar Jawa.
Namun ke depannya Afip, mempunyai keinginan untuk melakukan ekspor. Dia kini sibuk melakuka pelatihan pengembangan SDM dan ikut forum penggiat tanaman hias, terutama mencari tahu bagaimana melakukan ekspor.
“Saya juga ingin mengembangkan bisnis secara daring lewat marketplace,” tutupnya (Irvan).