Semakin banyak startup di Indonesia yang oleng, dari sekadar melakukan PHK sampai menutup layanan operasional. Tersendatnya aliran modal baru dari investor global dituding sebagai biang kerok.
Winter is Coming (musim dingin telah tiba). Ungkapan yang dipopulerkan oleh serial televisi Game of Thrones itu tepat untuk menggambarkan kondisi industri perusahaan rintisan (startup), baik di skala global maupun lokal. Ancaman resesi memaksa para investor untuk mengerem guyuran dana ke startup.
Terhambatnya aliran modal dari investor global mendorong perusahaan rintisan untuk menyesuaikan model bisnisnya. Ada yang menutup kantor cabang di negara yang kurang menguntungkan, melakukan PHK untuk efisiensi, sampai mengubah model bisnis.
Di Indonesia, per Agustus 2022 dari ribuan startup yang didirikan terdapat 2 (dua) startup berstatus decacorn serta 9 (sembilan) startup dengan status unicorn. Status unicorn diberikan kepada startup yang memiliki valuasi atau nilai bisnis perusahaan di atas 1 miliar dolar AS. Sedangkan decacorn startup dengan valuasi di atas 10 miliar dolar AS.
Startup berstatus decacorn yaitu GoTo yang merupakan hasil merger Gojek dan Tokopedia serta J&T Express. GoTo telah resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada 11 April 2022 lalu dan merupakan emiten ke-15 dengan 1,18 triliun lembara saham. Sementara J&T Express menjadi startup decacorn pada akhir 2021 lalu dengan valuasi sebesar 20 miliar dolar AS.
Untuk startup unicorn total ada sembilan perusahaan dengan beraneka macam sektor yaitu Bukalapak, Traveloka, OVO, Akulaku, DANA, Xendit, Ajaib, Kopi Kenangan, dan Tiket.com.
Tabel Valuasi Startup Indonesia
Uraian | Valuasi (US$ Miliar) |
Decacorn | |
Goto | Sudah IPO |
J&T Express | 20 |
Unicorn | |
Bukalapak | Sudah IPO |
Traveloka | 3 |
OVO | 2,9 |
Akulaku | 2 |
DANA | 1,3 |
Xendit | 1 |
ajaib | 1 |
Kopi Kenangan | 1 |
Tiket.com | 1 |
Meski sudah menyandang status decacorn atau unicorn, bukan berarti startup tersebut kebal terhadap ancaman resesi. Ambil contoh Xendit, startup yang bergerak di bisnis fintech yang melakukan PHK terhadap karyawannya di Indonesia dan Filipina. Perusahaan ini memiliki lebih dari 900 orang karyawan.
Di luar startup jumbo tersebut, kondisinya lebih mengenaskan. Seperti yang dialami Mobile Premiere League, platform game yang telah menutup operasionalnya di Indonesia. Padahal perusahaan rintisan asal India itu sudah hadir di sejumlah negara Asia Pasifik, Amerika Serikat, dan Eropa. Akibatnya, ada sekitar 100 orang karyawan yang terpaksa diberhentikan.
Begitu pula dengan Fabelio, startup penjualan jasa desain interior dan furniture PT Kayu Raya Indonesia atau Fabelio resmi dinyatakan pailit berdasarkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, 5 Oktober 2022.
Menurut Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Dedy Permadi, startup di Indonesia mengalami kegagalan akibat faktor manajerial, seperti kurangnya pengalaman dan visi jelas dari founder. Mengutip Laporan Failory, kurangnya fokus dalam menjalankan bisnis juga menjadi penyebab gagalnya startup di Indonesia.
Selain itu, melansir laporan CBinsights, ada dua alasan utama Startup mengalami kegagalan yaitu karena kehabisan dana (ran out of cash) dan tidak adanya kebutuhan pasar (no market need).
Menghadapi turbulensi ekonomi, investor terkemuka Silicon Valley, Y Combinator atau YC, mengingatkan para startup agar menghentikan program bakar uang. Umumnya, startup melakukan promosi besar-besaran bahkan cenderung tidak masuk akal untuk menggaet lebih banyak pengguna. Cara yang umum dilakukan adalah diskon barang bahkan sampai 90% sampai menggratiskan ongkos kirim seperti sering dilakukan startup e-commerce.
Menurut YC, yang dikenal sebagai salah satu investor awal di Airbnb, Reddit, dan Stripe. pilihan terbaik saat ini adalah bertahan dan tidak terlalu ekspansif. Perusahaan yang memilih bertahan hidup bisa diuntungkan dalam kondisi sekarang. Dengan demikian, startup lebih disiplin dalam menggunakan modalnya. Sehingga berpeluang meningkatkan pangsa pasar dengan merebut pelanggan dari kompetitornya yang sudah gulung tikar.
Jika startup menginginkan untuk masuk ke Seri A, namun belum meraih product-market fit, jangan berharap putaran pendanaan lain terjadi. Kecuali bagi mereka yang benar-benar mencapai product-market fit. Apalagi, belakangan ini, startup disebut bakal susah mencari investor.
Selain strategi defensif, startup mungkin perlu meniru langkah Bukalapak (kode saham: BUKA) yang melakukan diversifikasi bisnis. Sebelumya mereka sudah memiliki Mitra Bukalapak yang menyasar jutaan warung terutama di kota tier 2 dan tier 3.
Kini, perusahaan rintisan pertama yang melantai di Bursa Efek Indonesia itu fokus untuk meningkatkan pendapatan melalui strategi specialty vertical dengan mendorong traffic ke area bisnis yang memiliki margin lebih besar. BUKA juga termasuk perkuat fokus di bisnis gaming dan meluncurkan bisnis e-grocery bersama Transmart, Allofresh. Fokus ke kedua bisnis tersebut dapat memberikan kontribusi pendapatan yang lebih baik, lantaran sudah ada pasar dan tidak perlu bakar duit. Bukalapak juga bisa langsung meraup cuan tanpa perlu diskon gila-gilaan.
Di bisnis gaming, Bukalapak telah melakukan langkah akuisisi itemku yang memungkinkan pengguna untuk melakukan jual-beli aset permainan digital, serta menjual berbagai voucher untuk akses premium ke sebuah game. Pasar ini sangat menjanjikan karena kebutuhan para gamers sangat tinggi.
Selanjutnya, kemitraan dengan Allofresh diharapkan dapat menjadi mesin suplai barang kebutuhan stok warung Mitra Bukalapak. Para Mitra dapat memperoleh barang dalam waktu lebih cepat, sehingga bisa menurunkan biaya inventaris. Barang-barang yang diperoleh dari peritel besar memungkinkan para Mitra dapat membeli barang dengan lebih murah, ketimbang beli dari distributor kecil.
Diversifikasi bisnis BUKA sejauh ini memberikan hasil positif. Total Processing Value (TPV) selama kuartal ketiga 2022 (Q3’22) tumbuh sebesar 32% menjadi Rp41,3 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sebanyak 74% TPV perusahaan ini berasal dari luar daerah tier 1 di Indonesia, di mana penetrasi all-commerce dan tren digitalisasi warung serta toko ritel tradisional terus menunjukan pertumbuhan yang kuat.
Melansir rilis lembaga-lembaga ekonomi kredibel, resesi dunia sangat besar kemungkinannya terjadi pada tahun depan. Untuk mencegah kebangkrutan yang lebih banyak, sudah saatnya startup memikirkan ulang model bisnisnya. Kini sudah bukan saatnya lagi bakar uang secara jor-joran karena investor pun semakin realistis.