Menjawab pandemi sebagai tantangan bersama, pihak Rumah Zakat, misalnya, menargetkan membantu sejuta penerima manfaat yang terdampak. Khususnya mereka yang berada di 1.686 Desa Berdaya.
JUMLAH penduduk miskin di Indonesia tercatat 29,12 juta orang. Itu posisi September lalu. Penyebab utamanya: dampak langsung dari pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak Maret tahun lalu. Pandemi alot yang sudah berjalan setahun berpengaruh pada perubahan perilaku, aktivitas, dan pendapatan masyarakat.
Tingkat pengangguran terbuka 7,07% per Agustus tahun lalu. Selain itu, BPS juga mencatat 29,12 juta orang berusia kerja terdampak pandemi. Rinciannya, 2,56 juta orang jadi pengangguran, sekitar 0,76 juta masyarakat menjadi bukan angkatan kerja. Selanjutnya, 1,77 juta orang sementara tidak bekerja; dan 24,03 juta orang bekerja dengan pengurangan jam kerja. Secara rata-rata, ujar Kepala BPS, Suhariyanto, rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 4,83 orang anggota.
Dari segi sebaran, penduduk miskin terbanyak ada di Pulau Jawa, 14,75 juta orang. Terendah di Pulau Kalimantan, sekitar 1,02 juta orang. Dari sisi persentase, tertinggi terdapat di Maluku dan Papua, 20,65%. Tingkat kemiskinan di desa lebih tinggi dibandingkan di kota. Namun, sepanjang September 2019 hingga September 2020, angka kemiskinan di perkotaan jauh lebih besar dibanding di perdesaan.
Meningkatnya angka penduduk miskin menyebabkan ketimpangan yang, diukur berdasarkan rasio gini, turut melebar. Tercatat, ketimpangan pengeluaran penduduk menjadi 0,385 poin per September 2020 atau lebih buruk dari situasi September 2018 dimana rasio gini tercatat 0,384 poin. Meski demikian, berdasarkan penilaian Bank Dunia, tingkat ketimpangan tersebut masih dalam kategori rendah.
Sejak pandemi Covid-19, jumlah penduduk miskin Indonesia bertambah dari 24 juta menjadi 26,4 juta, lalu jadi 29,12 juta jiwa. Bertambahnya penduduk miskin tak lepas dari angka pengangguran korban PHK yang mencapai 10 juta. “64 juta UMKM (pelaku usaha mikro kecil dan menengah) juga terdampak, imbasnya 107 juta pekerja UMKM juga menjadi korban pandemi. Kondisi ini menjadi tantangan bersama yang memerlukan uluran tangan semua pihak,” kata Perwakilan MUI, Guntur Subagja.
Majelis Ulama Indonesia meminta lembaga zakat lebih maksimal dalam menyerap dan menyalurkan dananya, membantu masyarakat Indonesia yang terdampak pandemi. Lembaga zakat seperti Rumah Zakat bisa menjadi motor, pengerak umat membantu sesama. Bersama-sama dengan lembaga lainnya, Rumah Zakat bisa memaksimalkan perannya, menghimpun dan menyalurkan zakat kepada mereka yang berhak.
Pada tahun 2020 lalu, MUI telah mengeluarkan fatwa bahwa dana zakat dapat dimanfaatkan untuk membantu masyarakat yang terdampak Covid-19. Pihak Rumah Zakat sendiri menargetkan membantu satu juta penerima manfaat yang terdampak pandemi, khususnya yang berada di 1.686 Desa Berdaya. Fakta bahwa masih ada jutaan masyarakat berdampak pandemi memicu Rumah Zakat untuk terus berupaya membantu masyarakat yang terdampak.
Menyambut Ramadhan 2021, sudah disiapkan antara lain program Berbagi Buka Puasa, Kado Lebaran Yatim, Bingkisan Lebaran Keluarga, Syiar Qur’an, Ramadhan Bebas Utang, dan Janda Berdaya. “Selain itu ada pula program lumbung pangan yang bertujuan untuk menjaga ketersediaan pangan masyarakat Indonesia. Saat ini telah ada 19 lumbung pangan di berbagai wilayah di Indonesia,” kata CEO Rumah Zakat, Nur Efendi. Peluncuran tagar Gerakan #Bahagia Bersama Ramadhan merupakan upaya untuk mengajak masyarakat membahagiakan sesama lewat kegiatan berbagi.●(Nay)