
Kemenangan Zohran Mamdani dalam pemilihan walikota New York pada 4 November lalu sesungguhnya menjawab keresahan banyak warga dunia atas keangkuhan dan kesombongan Donald Trump.
Mamdani memperoleh suara mayoritas, memenangi lebih dari 50% dalam pemilu walikota New York. Kemenangan ini menjadikan Zohran sebagai walikota ke-111 New York City.
Yang menjadi fenomenal, bukan karena dia menjadi walikota Muslim pertama dan pria Asia Selatan pertama di kota tersebut, bukan pula karena usianya yang baru 34 tahun. Jauh lebih dari itu, Zohran menawarkan angin perubahan untuk dunia yang lebih baik, tak hanya di Kota Liberty itu.
Berbagai Langkah kontroversial Trump memang telah meresahkan banyak negara dan penduduk di berbagai belahan bumi, mulai dari kebijakan tarif dagang yang tidak masuk akal, kebijakan anti imigran, hingga berbagai kebijakan luar negeri yang absurd dan konfrontatif.
Zohran membawa harapan kedamaian bagi wajah Amerika, jauh berbeda daripada yang dipertontonkan Trump. Pidato kemenangannya sangat menjanjikan. New York adalah kota untuk semua orang. “Kota ini dibangun dan dibesarkan oleh imigran. Dan mulai malam ini akan dipimpin oleh seorang imigran,” ujarnya lantang.
Pidato itu telah membuka kembali harapan banyak imigran di kota itu, yang sejak Trump memimpin telah banyak yang disingkirkan, direpresi, bahkan dideportasi.
Siapakah Zohran yang per 1 Januari 2026 akan resmi memimpin kantor walikota New York yang berada di City Hall NY10007?
Nama lengkapnya adalah Zohran Kwame Mamdani. Dia lahir dan besar di Kampala, Uganda, sebelum pindah bersama keluarganya ke New York City pada usia 7 tahun. Zohran kecil lalu menempuh pendidikan di sistem sekolah publik New York City, bersekolah di Bronx High School of Science, dan meraih gelar Sarjana Studi Afrikana dari Bowdoin College. Beberapa tahun kemudian, pada 2018, ia menjadi warga negara Amerika Serikat.
Sebelum mewakili Distrik Majelis ke-36 yang mencakup wilayah Astoria, Ditmars-Steinway, dan Astoria Heights, Zohran bekerja sebagai konselor perumahan pencegahan penyitaan, membantu para pemilik rumah berpenghasilan rendah, khususnya dari komunitas kulit berwarna di Queens, untuk melawan penggusuran dan tetap tinggal di rumah mereka.
Pekerjaan inilah yang kemudian mendorongnya untuk maju ke dunia politik. Setiap hari dia harus berhadapan dengan bank-bank yang lebih mengutamakan keuntungan daripada manusia, yang telah mendorong terjadinya krisis perumahan di negeri tersebut.
Aktivitas politik Zohran awalnya hanya diekspresikan melalui unggahan panjang di Facebook. Dari pengalaman itu, ia kemudian ikut mendirikan cabang pertama organisasi Students for Justice in Palestine di kampusnya dan selanjutnya terlibat dalam berbagai organisasi progresif di seluruh negeri yang berjuang memenangkan pemilu nasional serta memperluas akses layanan kesehatan. Seiring perjalanan hidup yang berliku—termasuk sempat menekuni dunia film, rap, dan menulis—aktivitas berorganisasi selalu menjadi penopang yang mencegahnya tenggelam dalam keputusasaan, dan justru mendorongnya untuk berkarya.
Sebagai anggota Majelis Negara Bagian New York, Zohran setiap hari berjuang demi masa depan di mana setiap warga New York dapat hidup dengan martabat, dan di mana distribusi martabat itu tidak ditentukan oleh mekanisme pasar.
Zohran menyaksikan sendiri bagaimana warga Astoria menghabiskan setengah penghasilannya untuk membayar sewa rumah, menghirup udara paling tercemar di Queens, dan mengalami tingkat profil rasial tertinggi di wilayah tersebut. Dia meyakini bahwa masa depan yang layak bagi kita semua adalah masa depan di mana perumahan, energi, dan keadilan diperuntukkan bagi banyak orang, bukan hanya segelintir pihak.
Kehadiran Zohran mengingatkan kita pada Barack Obama ketika itu. Keduanya sama-sama kader Demokrat yang mengusung mimpi perbaikan hidup bagi kaum imigran maupun penduduk asli yang menghadapi masa-masa sulit. Bedanya, kalau Obama mengambil posisi politik tengah-kiri moderat (centrist liberal), Zohran adalah seorang sosialis-demokrat.
Sebagai politisi muda, Zohran punya modal yang bisa membawanya ke panggung yang lebih tinggi lagi. Dia mempunyai akar yang kuat, berani menantang arus utama, gaya komunikasi dan retorikanya lugas tapi idealis. Dan latar belakang Zohran merepresentasikan warga dunia yang tak lagi bisa dibatasi oleh sekat negara. Lahir di Uganda, memilki keturunan Asia Selatan, Muslim, dan berstatus imigran, perpaduan ini memberikan perspektif global dan empati terhadap kelompok termarjinalkan. Semoga saja Zohran bisa memenuhi berbagai harapan tersebut.







