hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Yayat Supriatna, Biaya Transportasi Jangan Lebih dari Sepuluh Persen Penghasilan

Yayat Suprtana-Foto: Dokumentasi Pribadi Facebook.

JAKARTA—–Tiga puluh tahun sudah pakar tata kota Yayat Supriatna menggunakan transportasi umum dari kediamannya di Bogor menuju tempat dia bekerja di Fakultas Teknik Universitas Trisakti.  Dia mengendarai sepeda motor ke stasiun kereta api dan memarkirnya di sana.

Dari stasiun Bogor alumni Magister Plannologi ITB ini menumpang kereta komuter. Saat inibiaya dikeluarkan Yayat  Rp6.000 dan dia turun di Djuanda.

Dari Stasiun Djuanda,  dia meneruskan perjalanan dengan TransJakarta ke tempatnya bekerja dengan biaya Rp3.500.  Total sehari ia menghabiskan Rp20 ribu per hari. Kalau dia bekerja 25 hari dia hanya menghabiskan Rp500 ribu.

“Biaya transportasi itu seharusnya tidak boleh dari 10 persen penghasilan.  Di Indonesia biaya transportasi menurut penelitian 2013 sekitar 40 persen penghasilan. Kalau di Singapura  3-4 persen. China itu 7 persen,” ujar Yayat ketika dihubungi Peluang, beberapa waktu lalu.

Itu sebabnya ketika ditanya soal kehadiran Moda Raya Transportasi (MRT) bagi orang Jakarta yang berpenghasilan  Rp10 juta ke atas,  harga tiket maksimal hingga Rp14 ribu dari Lebak Bulus ke Bundaran Hotel Indonesia tidaklah menjadi masalah.

“Kalau menuju MRT naik trans Rp3500 ditambah Rp14 ribu untuk sampai HI Rp17.500, pulang pergi Rp35 ribu kali 25 hari kerja maka jatuhnya  sekitar Rp875 ribu.  Tidak sampai 10 persen dari penghasilan.  Bagi  orang  Jakarta, waktu itu berharga dan mereka bersedia membayar berapa saja untuk waktu.  Kalau dengan mobil bisa sampai dua jam, maka dengan MRT 30 menit, opportunity besar,” ungkap Yayat.

Namun tutur Yayat lagi  bagi yang penghasilan kecil, UMP hingga Rp5 juta  atau melampaui 10 persen penghasilan, mereka akan memilih naik sepeda motor. Dengan bensin dua liter bisa digunakan untuk tiga hari. Walau parkir mereka bayar sekitar Rp6 ribu.

“Menurut BPS biaya terbesar itu transportasi, sewa rumah dan  baru sembako.  Bagi mereka transport itu harus murah,” ucap Yayat.

Itu sebabnya lanjut  Yayat, selain MRT diperlukan moda transportasi yang terintegrasi  Gubernur DK IJakarta pernah bilang suatu  ketika dengan Rp5 ribu bisa ke mana-mana.  Pulang-pergi Rp10 ribu, maka 25 hari kerja jatuhnya Rp250 ribu.

“Targetnya agar pada 2030 nanti 60 persen mobilitas di Jakarta dengan moda transportasi  umum. Sekarang baru 20 persen dan kita dorong  sampai 40 persen,” pungkas Yayat (Irvan Sjafari)

 

 

pasang iklan di sini