hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza
Wisata  

Wujudkan Pariwisata Berkelanjutan, Bali Fokus pada Kelestarian Lingkungan

JAKARTA—-Data Bank Dunia menunjukkan pesisir Indonesia menyumbang sebanyak 3,22 juta ton sampah ke lautan, termasuk sampah plastik.  Sampah plastik juga menjadi masalah pada destinasi wisata pantai, tak terkecuali di Bali.

Pada 2019 Fakultas Kelautan dan Perikanan (FKP) Universitas Udayana mengumumkan hasil kajiannya terkait sampah di Pantai Kuta yang dilakukan sejak 2014 hingga 2015. Hasilnya, 70-80% dari sampah yang ditemukan adalah plastik.

Founder & Executive Director of Divers Clean Action, Swietenia Puspa Lestari menjelaskan melihat kondisi pandemi saat ini, ternyata memunculkan paradigma-paradigma baru yang justru membuat penggunaan plastik sekali pakai itu sesuatu yang normal dan bahkan lebih higienis.

“Namun, ketika berkunjung ke titik-titik pantai wisata, kita justru banyak menemukan plastik sekali pakai yang bukan hanya didapatkan dari sampah kiriman tapi akibat dari perubahan paradigma tadi,” ujar Swietenia dalam dalam seminar daring bertajuk “Bincang-bincang Revitalisasi Bumi”, Rabu (12/8/20),

Swietenia juga mengatakan seluruh masyarakat dan Pemerintah harus bekerja sama untuk memberikan pemahaman kepada seluruh pelaku usaha pariwisata, bahwa sebenarnya yang bisa didaur ulang itu justru lebih baik dan lebih sehat.

Sementara Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Event) Kemenparekraf/ Baparekraf, Rizki Handayani, mengatakan pandemi menyadarkan bahwa kebersihan, kesehatan, dan kelestarian lingkungan menjadi hal yang sangat penting dalam semua aspek pembangunan, termasuk pariwisata. 

Rizki menyatakan, Pulau Bali sebagai destinasi wisata favorit menyatakan akan fokus pada kelestarian lingkungan sebagai langkah untuk mewujudkan sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan. 

 “Pola wisatawan akan berubah. Wisatawan akan mencari destinasi wisata yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman. Untuk menciptakan rasa aman dan nyaman bisa dimulai dari lingkungan kita sendiri,” kata Rizki.

Dia menambahkan merebranding pariwisata yang dimulai dari kelestarian lingkungan menjadi dasar dari pengembangan pariwisata berkelanjutan.

“Mari kita refocusing dalam mempromosikan Bali sebagai destinasi yang benar-benar melestarikan lingkungan, terutama dalam aspek hygiene,” ujar pungkas Rizki.

Sebelumnya Kemenparekraf/ Baparekraf telah menyusun protokol kesehatan berbasis CHSE (Cleanliness, Healthy, Safety, and Environmental Sustainability) yang harus diterapkan dengan benar dan disiplin sesuai dengan standar operasional prosedur yang berlaku, khususnya bagi para pelaku usaha di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Tim Ahli Gubernur Bidang Pariwisata, Cipto Aji Gunawan, memaparkan bahwa Pemprov Bali telah memiliki dua Peraturan Gubernur yang terkait dengan pelestarian lingkungan, yaitu mengenai sampah, dimana salah satunya ada pembatasan atau pelarangan penggunaan plastik sekali pakai. Sebagai upaya untuk mendorong Bali menjadi sebuah destinasi wisata yang lebih berkualitas.

“Peraturan terkait dengan sampah ini menjadi bagian dari protokol kesehatan. Saat ini sedang berjalan proses sertifikasi dari berbagai industri termasuk industri wisata bahari, dan di dalamnya itu ada protokol mengenai sampah,” tutup Cipto Aji.

pasang iklan di sini