octa vaganza
Ragam  

Wuhan, Calon Kota Hantu Setelah Wabah?

Wuhan kian mengerikan. Dari kota tua di Provinsi Hubei, Cina, inilah prahara virus Corona merebak. Mampukah Wuhan eksis? Atau warganya bakal eksodus seperti Hutandora dan Arkwright di Inggris, Poveglia, Craco di Italia, dan Old Goa di India di masa lalu?

WUHAN di Cina dilalui dua sungai besar, yakni Yangtse (Mandarin: Chang Jiang) dan Han. Itu sebabnya kota tua Wuhan dijuluki “The Riverside City”, di samping  julukan lainnya: “The Chicago of China”. Di sepanjang sungai, wisatawan bisa mengambil paket feri yang mengantarkan siapa pun menyusuri sungai dan melihat peradaban kota yang terdiri dari gedung-gedung tinggi. Sebagai kota yang eksis sejak 3.500-an tahun lalu, Wuhan merupakan salah satu kota paling kuno di Cina.

Wajar jika di Wuhan terdapat sejumlah perguruan tinggi. Setidaknya terdapat puluhan lembaga pendidikan tinggi di sana. Misalnya, yang cukup dikenal di dunia luar, Wuhan University dan Huazhong University of Science and Technology. Sejalan dengan populasi perguruan tinggi itu, Wuhan tercatat sebagai kota kelima di Cina dengan jumlah pelajar/mahasiswa terbanyak—setelah Shanghai, Hangzhou, Xi’an, dan Nanjing.

Dengan luas 1.528 km², Wuhan dinobatkan menjadi kota terbesar di wilayah Cina tengah. Kepadatan penduduknya mencapai 1.200 jiwa/km². Performance perekonomian Wuhan dikenal kuat. Sebab, di kota ini sejumlah industri besar menjadikannya sebagai home base. Misalnya, industri mobil lokal, produksi baja. Wuhan tumbuh menjadi kota industri karena memiliki pelabuhan yang berhubungan dekat dengan perdagangan Eropa.

Populasinya lebih dari 11 juta penduduk. Jumlah yang besar melebihi Kota New York. Adapun luasnya hampir sama dengan Kota London. Secara kategoris, Wuhan menempati urutan kota terbesar ke-42 di dunia. Terbesar ketujuh di Cina. Tak sedikit penduduk Wuhan merupakan pendatang dari provinsi lain di Cina, bahkan dari luar Cina. Seperti Hong Kong, Makau, Taiwan, Korea Selatan, Jepang, Amerika Serikat.

Kota Wuhan terbagi atas berbagai blok hunian, taman, danau, berbagai fasilitas publik dan tentu saja kereta bawah tanah yang memudahkan transportasi warga. Mobil listrik dan motor listrik juga menjamur di seantero kota. Seperti kota-kota lain di Cina, restoran Muslim adalah bagian dari tradisi kuliner di Cina. Restoran Muslim (jing zhen atau halal dalam Mandarin) selalu ada dan ramai dikunjungi tetamu.

Secara historis, Wuhan adalah salah satu kota pusat Revolusi Cina tahun 1911 ketika Dokter Sun Yat Sen memimpin perlawanan bersenjata di Kota Wuhan dan menggerakkan tentara Republik Tiongkok.

***

DI PENGUJUNG tahun lalu, awal tahun ini, Wuhan tetiba menyentak perhatian internasional. Sebuah virus jenis baru mengganas. Penularan masif dan trengginas virus Corona (2019-nCoV atau Covid-19 alias SARS-CoV-2) memaksa Wuhan, di Provinsi Hubei, Cina, diisolasi—untuk dievakuasi, jika memungkinkan. Situasi mencekam denga cepat. Kepanikan melanda di mana-mana di negeri tak bertuhan itu.

Lantaran wabah dahsyat tersebut, posisi Wuhan sebagai kota pusat penyebaran jadi seperti kota mati, kota hantu. Orang-orang mengunci diri di rumah, tak bisa pergi ke mana pun. Hingga 2 Maret 2020, dari total 67 negara, tercatat total 3.030 kematian dan 88.983 terinfeksi, 45.028 pulih.  Data bocoran petugas garis depan, krematorium membakar 2.000 mayat per hari! Prediksi pakar Jepang lebih mengerikan: Maret-Mei, populasi Tiongkok yang bakal terinfeksi 600 juta orang!

Hingga 1 Maret, 61 negara telah mengonfirmasi terpapar virus corona. Sejauh ini, belum ditemukan penyebab akurat (selain dugaan bersumber dari kelelawar dari pasar yang menjual jenis makanan ekstrem) dan metode penyebaran virus secara pasti menimbulkan kekhawatiran banyak negara. Kegagalan pihak berwenang menangani wabah ini bukan tak mungkin berbuntut hengkangnya semua warga, meninggalkan Kota Wuhan selama-lamanya.

Virus tersebut diduga berasal dari “pasar basah” yang menjual berbagai macam hewan hidup mulai dari landak hingga buaya. Berbagai hewan yang dijual di Huanan Wholesale Seafood Market. Dugaan pertama bersumber dari kalong. Selanjutnya yang jadi tertuduh adalah monyet. Belakangan, dugaan-dugaan itu tak mendapat dukungan bukti ilmiah yang dilakukan para peneliti di berbagai wilayah dunia.

Kota ini juga telah menutup tiga stasiun kereta api utamanya, 13 stasiun bus, seluruh jaringan kereta bawah tanah, serta hampir semua jalur bus kota dan 251 pelayaran feri di Sungai Yangtze. Jalan raya utama di luar kota juga telah diblokir untuk menghindari lalu lintas keluar.

Sejumlah apotek yang menyediakan bebagai kebutuhan medis mulai kehabisan persediaan. Rumah sakit di kota itu juga dibanjiri oleh warga kota yang gelisah dengan penyebaran virus corona. Dokter Liu Zhiming, direktur salah satu rumah sakit di Kota Wuhan, tak luput dari virus itu. Dokter Liu dilaporkan meninggal dunia akibat pneumonia yang disebabkan oleh virus corona pada Selasa (18/2) pagi, sekitar 10.30 waktu setempat.

Seluruh penerbangan dari dan menuju ke Kota Wuhan dibatalkan. Moda transportasi umum lainnya seperti bis, kereta api dan kapal feri juga ditutup untuk mencegah warga bepergian keluar atau masuk ke Kota Wuhan. Tol Kota Wuhan ditutup dan dipasangi penghalang jalan untuk memastikan berhentinya akses jalan tol secara total. Tak ada penjelasan bagaimana pasokan pangan agar penghuni kota yang diisolasi itu survive.

Belum terselesaikan masalah virus corona, langit kota itu menghitam dipenuhi ratusan ribu burung gagak. Dalam kepercayaan kuno Cina, itu pertanda bencana atau kejatuhan sebuah rezim yang berkuasa. Tahap berikutnya, kota Wuhan diselimuti kabut pekat. Disusul miliaran belalang (jumlah terbesar di dunia) kini menyerang China. Miliaran belalang dari Afrika Timur itu sudah sampai di perbatasan Xinjiang,  wilayah barat RRC, 15 Februari.

Di tengah kekhawatiran itu beberapa masyarakat China was-was dan menulis kekhawatirannya di platform Twitter. Saya khawatir belalang itu akan menjadi pembawa pneumonia (gejala utama virus corona),” tulis seorang di twitter. Seorang pakar, dikutip oleh Epoch Times, memperingatkan bahwa belalang dapat menimbulkan ancaman langsung ke Cina, Thailand, Laos dan Vietnam.

Masa depan Kota Wuhan sebagai permukiman bagi 11 juta penduduk Cina kini jadi pertanyaan serius. Soalnya, selain Wuhan, kota dan distrik di provinsi lain kini menerapkan langkah serupa. Dua kota di Provinsi Zhejiang, sebelah timur Cina, membatasi aktivitas warganya. Padahal, jarak Zhejiang dengan Hubei sebagai pusat epidemi virus cukup jauh. Kota Taizhou dan tiga distrik di Hangzhou, termasuk di dalamnya kantor pusat perusahaan e-commerce terbesar Cina, Alibaba, terdampak isolasi.   (dd)

Exit mobile version