octa vaganza

 Wisata Mangrove Muara Angke: Ekowisata dan Edukasi

Salah satu sudut taman wisata alam mangrove. tampak kontribusi beberapa sekolah di sebelah kanan-Foto: Irvan Sjafari.

JAKARTA—Saya dan beberapa kawan mengunjungi Kawasan Wisata Mangrove, Muara Angke, Jakarta Utara berapa waktu lalu, saat week day.  Tiket yang harus dirogoh dari kocek memang cukup mahal Rp30 ribu per orang, namun saya memakluminya karena merawat tempat dengan konsep eko wisata memang mahal.

Kawasan dengan mengusung misi konservasi mangrove di tengah keprihatinan terancamnya pantai Jakarta Utara dibuat sekitar sepuluh tahun lalu di atas areal seluas sekitar 100 hekatare ini.

Kawasan ini didominasi lahan basah (danau) dengan vegetasi utama mangrove. Dulunya di daerah ini adalah lahan tambak dan telah direhabilitasi tanaman mangrove seluas 40% dan kerap penuh sampah. Tentunya para inisiatornya perlu diberi apresiasi.

Mangrove yang ditanam di Taman Wisata Alam Angke Kapuk antara lain bakau besar (Rhizophora mucronata Lam.), bakau merah/slindur (Rhizophora stylosa), tancang (Bruguiera gymnorrhiza), serta api-api/sia-sia (Avicennia alba). Jika dilihat dari spesiesnya, ada lebih dari sepuluh spesies.

Areal parkirnya cukup luas dan untuk memasuki kawasan ini saya dan dua kawan saya harus menempuh jalan dari tanah dan juga jembatan kayu.  Bahkan ada suatu ruas jalan meminjam sebuah lagu anak: “Kiri kanan kulihat banyak mangrove tumbuh kukuh” bahkan ada yang ditanam oleh beberapa murid sekolah. Saya menyukai hal ini, karena itu artinya ada fungsi edukasi yang diajarkan kepada generasi muda.

Spot lain Taman Wisata Alam Mangrove-Foto: Irvan Sjafari

Terdapat juga beberapa pondokan di sepanjang jalan perjalanan yang terbuat dari kayu.  Kadang kalau melewati berapa sungai kecil dan hari itu beberapa ekor buaya kecil (mungkin juga biawak) berenang di dalamnya, cepat kabur dari mata manusia.

Jalan berbentuk jembatan terbuat dari kayu memanjang dan berliku memberikan sensasi petualangan sendiri.  Di batas horizontal terlihat beberapa gedung pencakar langit menandakan memang berada di kota Jakarta dan beberapa kali pesawat terbang lewat di atas kami.

Taman wisata ala mini dikonsep dengan rapi, ada tempat berupa menara untuk melihat burung dan tempat ini juga ditawarkan untuk pra wedding. Dengan catatan pemakaian kamera dikenai charge Rp1,5 juta.

Penyewaan perahu-Foto: Irvan Sjafari.

Untuk menjelajah taman wisata alam mangrove ini diperlukan waktu antara satu hingga dua jam. Cocok untuk menjadi salah satu alternatif dalam paket wisata Jakarta.

Untuk mencapai kawasan ini  Anda yang menggunakan kendaraan dapat menjadikan bangunan Sekolah Buddha Tzu Chi sebagai patokan. Bangunannya terlihat dari dalam areal (Irvan Sjafari).

Exit mobile version