octa vaganza
Wisata  

Wisata Banyuwangi Dibuka dengan Protokol Kesehatan

BANYUWANGI—-Tabuhan kendang yang dipadu dengan bonang, kenong dan juga gongnya mengiringi langkah kaki Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jenderal TNI Doni Monardo beserta rombongan ketika memasuki Sanggar Genjah Arum, Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Jawa Timur pada Jumat (26/6/20).

Rombongan Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 ini disambut dengan Tari Pitik-Pitikan dan Barong Kemiren hingga tiba di pelataran sanggar.

Doni Monardo ditemani Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, kemudian menyaksikan bagaimana ibu-ibu tua Suku Osing menumbuk padi menggunakan lesung (othek) dan alu.

Suara ketukan begitu  dinamis ditambah dengan suara percikan biji kopi yang disangrai secara tradisional menggunakan wajan tanah liat di atas ‘pawon’.

Tari Pitik-Pitikan, Barong Kemiren dan seni tabuhan ‘othek’ sengaja disuguhkan kepada dua tamu penting tadi sekaligus sebagai upaya memperkenalkan adat kebudayaan yang dimiliki Desa Kemiren, sebagai salah satu daya tarik pariwisata di Bumi Blambangan yang terus dilestarikan.

Menurut pemangku adat Suku Osing, Setyo Herfendy, pemilihan Tari Pitik-Pitikan dan Barong Kemiren sebagai ‘ritual penyambutan’ tentunya bukan tanpa alasan.

Menurutnya, Tari Pitik-Pitikan adalah simbol kesejahteraan. Sedangkan Barong adalah perwujudan dari singa atau harimau, yang mana dalam hal ini dapat mengusir roh jahat.

“Ayam pintar mencari rejekinya sendiri dengan mencakar-cakar kan kakinya ke tanah. Sedangkan Barong merupakan perwujudan dari singa atau harimau. Untuk mengusir roh jahat,” jelasnya.

Tampaknya, dua makna dari perpaduan antara sepasang Pitik dan Barong itu memang sudah sangat tepat apabila dikaitkan dengan arti kehadiran Ketua Gugus Tugas Nasional di wilayah paling ujung timur Pulau Jawa itu.

Banyuwangi, yang juga dijuluki ‘Sunrise of Java’ itu memang memiliki keindahan alam dan kaya akan kebudayaan, yang kemudian menjadi daya tarik wisata andalan di Provinsi Jawa Timur.

Sebut saja Pantai Boom, Pulau Merah, Pantai So Long, Pesona Kawah Biru atau ‘Blue Fire’ Gunung Ijen, Taman Nasional Alas Purwo, Baluran, Pecel Rawon, Tari Gandrung, Suku Osing, Kopi Banyuwangi dan banyak lagi. Semua itu menjadi deretan potensi dan sudah masuk dalam etalase pariwisata kelas dunia yang ada di Banyuwangi.

Namun selama masa Pandemi Covid-19, sektor pariwisata sebagai pundi-pundi ekonomi warga terpaksa harus berhenti. Tentunya hal itu juga membuat pendapatan masyarakat lokal dan para pelaku usaha di bidang pariwisata juga mengalami penurunan drastis.

Dengan hadirnya Ketua Gugus Tugas Nasional beserta Bupati Banyuwangi, sekaligus menjadi simbol bahwa sudah saatnya sektor pariwisata Banyuwangi mulai digenjot kembali, tentunya dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat sebagai kebiasaan baru dan yang aman Covid-19.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo juga telah melihat langsung bagaimana Banyuwangi mempersiapkan diri untuk kembali membuka etalase wisata dunia yang aman Covid-19 pada Kamis (25/6). Hal itu sekaligus menjadi pertanda bahwa era tatanan baru harus diiringi dengan semangat produktif sekaligus aman Covid-19.

Sehari sebelumnya, Doni Monardo yang mendampingi Presiden Joko Widodo menyaksikan bagaimana geliat perekonomian warga di Pasar “Tangguh” Rogojampi di tengah pandemi. Aturan di sana ketat, namun tetap bersahabat dan dilabeli dengan sertifikasi.

Para calon pembeli wajib mengenakan masker dan cuci tangan dengan sabun sebelum masuk ke pasar. Untuk berbelanja, mereka diberikan nomor antrean menggunakan mesin otomatis. Tujuannya untuk membatasi para pembeli agar tidak terjadi kerumunan.

Selain itu, pasar tradisional Rogojampi juga terintegrasi dengan pelayanan publik untuk mengurus dokumen kependudukan, perizinan dan kebutuhan lainnya. Dengan kata lain, Pasar Rogojampi merupakan destinasi wisata utama Banyuwangi dan menjadi pusat kegiatan atau ‘public space’ yang ditujukan bagi area berkegiatan milenial.

Exit mobile version