BANDUNG—-Jerih payah Wildan Mustofa,, 50 tahun sebagai petani kopi tidak sia-sia. Budi daya kopi yang dirintisnya di Desa Weninggalih seluas 6o hektare dan Desa Mekarsari seluas 10 hektare, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat sejak 2011 tidak sia-sia.
Alumni IPB ini sudah mampu mengkspor produksi kopi miliknya dan petani binaannya ke Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru dan sejumlah negara Eropa.
“Pada 2018 lalu saya mengirimkan lima kontainer, masing-masing kalau maksimal 19 ton. Namun tidak semua maksimal. Namun omzet kami masih di bawah Rp5 miliar,” ujar Wildan ketika dihubungi Peluang, Minggu (24/2/2019).
Seorang warga Sindangkerta memetik kopi di lahan milik Wildan-Foto: Dokumentasi Pribadi.Itu sebabnya bisnisnya di bawah bendera Java Frinsa Estate ini menargetkan meningkatkan produksinya pada 2019 sebesar 10 kontainer.
Menurut Wildan di atas lahannya yang berada pada ketinggian 1.000 hingga 1.500 meter di atas permukaan laut , ia mengembangkan beragam varietas kopi, seperti andungsari, lini-S, dan ateng super.
Bahkan, ia menemukan varietas kopi sendiri yang ia namakan frinsa. Saat ini, varietas frinsa sudah dikenal di sejumlah kafe di tanah air.
Kopi produksi asal Sindangkerta memenangkan beberapa kontes kopi dunia. Di antaranya pada Specialty Coffee Association of America Expo 2016 di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, kopi asal Sindangkerta meraih juara 2 dan 15.
Pada 2017, kopi ini juga meraih medali emas pada kompetisi kopi internasional di Australia dan juga meraih medali perunggu pada International Coffee Awards di negara yang sama pada 2018. Itu belum termasuk sejumlah penghargaan nasional untuk kopi ini.
“Dataran tinggi di atas 1.000-1.500 meter di atas permukaan laut memang menghasilkan kopi berkualitas tinggi. Kondisi ini membuat kopi asal daerah ini lebih unggul dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya,” ujar Wildan seperti dilansir Pikiran Rakyat.
Wildan menuturkan, di lahan itu pula, ia mengembangkan beragam varietas kopi, seperti andungsari, lini-S, dan ateng super. Bahkan, ia menemukan varietas kopi sendiri yang ia namakan frinsa. Saat ini, varietas frinsa sudah dikenal di sejumlah kafe di tanah air.
Wildan kini memberdayakan masyarakat setempat untuk mengolah tanaman kopi di kebunnya. Saat ini, tak kurang dari 30 warga yang bekerja di kebunnya setiap hari. Pada saat panen, pekerja bisa mencapai 200 orang.
Proses pembersihan kopi-Foto: Dokumentasi Java Frinsa Estate.“Warga setempat sangat antusias dalam mengolah kopi. Setelah diberi contoh, mereka bahkan bisa mengolah kopi sendiri di lahan masing-masing dengan hasil panen yang sangat bagus,” pungkasnya (Irvan Sjafari)