Konsisten naik sejak 2020, posisi utang KAI naik dari Rp50,46 triliun pada 2023 menjadi Rp56,5 triliun pada kuartal I 2024.
Secara konsisten utang dan total aset PT KAI, PT Kereta Api Indonesia, naik sejak 2020. Pada 2020, aset KAI mencapai Rp53,15 triliun dan utang Rp35,92 triliun. Angka ini meningkat pada 2021. Aset perusahaan naik menjadi Rp62,71 triliun dan utang menjadi Rp39,11 triliun. Aset itu kembali naik menjadi Rp71,58 triliun pada 2022, sedangkan utang naik menjadi Rp42,5 triliun.
Aset dan utang KAI kembali naik pada 2023 menjadi Rp81,3 triliun dan Rp50,46 triliun. “Mulai beroperasinya angkutan LRT maupun kereta cepat di Agustus dan Oktober 2023, sehingga pendanaan masuk, kapitalisasi masuk, sehingga tumbuh dari Rp71 triliun jadi Rp81 triliun untuk aset di 2023. Liability pun naik dari Rp42 triliun menjadi Rp50,46 triliun pada 2023,” kata Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko KAI, Salusra Wijaya.
Utang KAI naik dari Rp50,46 triliun pada 2023 menjadi Rp56,56 triliun pada kuartal I 2024. Kenaikan utang atau liabilitas itu terjadi seiring dengan beroperasinya LRT Jabodebek dan kereta cepat Whoosh. Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) atau Whoosh disebut-sebut salah satu kontribusi besar membengkaknya kerugian PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) pada tahun buku 2023.
Sepanjang tahun 2023, perusahaan konstruksi pelat merah ini merugi Rp7,12 triliun. Kerugian perseroan ini meningkat sangat besar dibandingkan kerugian tahun 2022 yang ‘hanya’ Rp59,59 miliar. Kerugian WIKA ini jauh lebih besar dibandingkan kerugian yang juga dialami BUMN karya lainnya, PT Waskita Karya (Persero) Tbk yang pada 2023 mencatat rugi Rp3,77 triliun.
WIKA sendiri menjadi bagian dari konsorsium BUMN Indonesia di PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) yang menjadi pemegang saham pengendali di PT Kereta Cepat Indonesia (KCIC). Di PSBI, beban terbesar harus ditanggung PT KAI sebagai pemimpin konsorsium. Beban lain-lain ini di antaranya mulai tahun 2022 kami sudah mencatat adanya kerugian dari PSBI atau kereta cepat.
WIKA sendiri menyetor modal cukup besar ke Kereta Cepat Whoosh melalui PSBI, dimana dana yang digelontorkan mencapai Rp6,1 triliun. Penyertaannya saja sudah Rp6,1 triliun (untuk konsorsium Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung). Kemudian, yang masih dispute atau belum dibayar sekitar Rp5,5 triliun, sehingga totalnya hampir Rp12 triliun.
Mengutip laporan keuangan WIKA 2023, sejumlah beban WIKA memang tercatat membengkak. Paling besar, beban lain-lain naik 310,16 persen menjadi Rp5,40 triliun dan beban keuangan meningkat 133,70 persen/Rp3,20 triliun di tahun 2023. Setelah dilakukan audit menyeluruh, proyek KCJB mebengkak US$1,2 miliar. Angka tersebut merupakan hasil audit dari setiap negara yang kemudian disepakati bersama pihak China dan Indonesia. Dengan demikian, biaya total proyek yang berlangsung sejak 2016 itu kini mencapai US$7,27 miliar.
Untuk membayar biaya konstruksi proyek Whoosh, pihak KAI menggunakan dana pinjaman yang telah diterima dari China Development Bank (CDB)KAI sejak 7 Februari 2024. Jumlahnya US$1,2 miliar untuk menutup pembengkakan biaya atau cost overrun Whoosh. Dana pinjama tersebut akan digunakan antara lain untuk membayar biaya konstruksi kepada sejumlah kontraktor. Penggunaannya tentu saja untuk membayar kontraktor, untuk konstruksi. “Kan kontraktornya banyak, ada yang dari Cina, Indonesia, dari mana-mana kita selesaikan,” ujar EVP Corporate Secretary KAI, Raden Agus Dwinanto Budiadji.●