
PeluangNews, Jakarta – Praktik curang atau penipuan produk beras terkuak. Kementerian Pertanian memperkirakan sekitar 212 merek beras terindikasi melakukan pelanggaran
Menurut Menteri Pertanian Amran Sulaiman, bentuk pelanggaran dimaksud beragam dan sangat merugikan konsumen.
Ada yang mengurangi berat bersih dalam setiap kemasan. Ada pula yang mengoplos beras berkualitas premium dengan beras berkualitas di bawahnya lalu dijual mahal.
“Contoh, ada volume yang mengatakan 5 kilogram, padahal 4,5 kilogram,” kata Amran, dikutip Minggu (13/7/2025).
“Dikatakan bahwa ini (produk) premium, padahal itu adalah beras biasa,” ujar Mentan, melanjutkan.
Dia menjelaskan praktik mengoplos beras tersebut dapat menyebabkan selisih harga Rp2.000 hingga Rp 3.000
per kilogram lebih mahal dibandingkan harga asli.
Apabila praktik tersebut berlangsung selama 10 tahun, kata Amran, kerugiannya bisa mencapai Rp 1.000 triliun.
Dia mengaku telah melaporkan temuan ini ke Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Jaksa Agung ST Burhanuddin. Dia meminta agar produsen-produsen nakal itu segera ditindak tegas secara hukum
“Katakanlah 10 tahun (praktik penipuan dilakukan), Rp 1.000 triliun. Kalau 5 tahun Rp 500 triliun. Ini kerugian,” ucap Amran, menambahkan.
Mentan Amran mengimbau kepada seluruh produsen beras se-Indonesia untuk bersikap jujur. “Pengusaha beras seluruh Indonesia, jangan melakukan hal serupa. Tolong menjual beras sesuai standar yang sudah ditentukan,” imbuh Amran, menegaskan.
Terkait hal ini, beberapa warga di Depok, Jawa Barat, terkejut mendengar berita adanya praktik penipuan yang dilakukan sejumlah produsen beras di Indonesia.
Ratna, 58, warga Cilodong, mengaku bahwa ia sering membeli beras premium setiap minggunya.
“Saya kaget banget ya dengar berita ini. Soalnya saya beli beras kan tiap minggu, kadang pilih yang kemasan premium karena mikirnya pasti lebih bagus buat keluarga,” kata Ratna, Minggu (13/7/2025).
Adanya temuan dari Kementerian Pertanian ini, Ratna merasa selama ini tertipu oleh produsen beras. Artinya beras premium yang dibelinya tidak sesuai dengan ukuran timbangannya 5 kilogram.
“Eh ternyata bisa jadi itu beras oplosan, dan beratnya pun dikurangi. Gila aja, kita udah bayar mahal, ternyata ditipu. Ini mah nyakitin rakyat kecil, apalagi yang pas-pasan kayak saya. Kenapa sih semua-muanya ditipu, pakai segala dioplos,” kata Ratna, sambil berekpresi marah.
Dewi Puspita, 45, juga mengaku terkejut mengetahui berita adanya beras oplosan dan tidak sesuai takaran. Dia berharap pemerintah atau kepolisian menindak tegas para produsen nakal tersebut.
Dia menambahkan, praktik curang seperti ini sangat menyakitkan bagi masyarakat kecil.
“Kita bayar mahal-mahal, tapi malah ditipu. Yang kaya mah mungkin nggak kerasa, tapi buat kita yang ngitung setiap rupiah, ini sangat merugikan. Harusnya produsen-produsen kayak gitu dihukum berat. Udah bukan bandel lagi, tapi zolim!” ucapnya, menutup. []