GUNUNG KIDUL—-Dalam kultur Jawa kata “Simbok” mengacu pada ibu. Banyak anak-anak dalam Kultur Jawa menyukai masakan ibunya, yang menurut mereka enak. Bahkan ketika Simbok meninggal, anak-anak itu kangen pada masakannya.
Di pinggir jalan Wonosari-Yogyakarta, kilometer 5,5, Bandung Playen, Gunung Kidul hadir sebuah rumah makan Warung Simbok, yang terinspirasi dari keterikatan dan rasa kangen anak pada masakan ibunya. Rumah makan ini berdiri pada 2015.
Citra Simbok ini semakin kuat dengan bangunan Joglo Jawa. Meja dan kursinya pun juga berkonsep kuno, dengan desain yang sederhana ciri khas furniture zaman dulu. Pemiliknya adalah Tutut Dewantiwi, yang pernah 20 tahun menjadi bidan Rumah Sakit Bethesda Lempuyangwangi, Yogyakarta.
Testimoni yang pernah makan di sana, menyampaika Warung Simbok memiliki menu andalan masakan tradisional khas Jawa yaitu spesialis Ingkung ayam goreng kampung, rasanya sangat lembut, gurih, dan yang pasti tidak alot. Sangat cocok untuk menjadi menu kumpul keluarga.
Menu lainya yang ditawarkan ada empal srundeng, bebek sambel ijo, gudeg daun pepaya, sayur tempe, lombok hijau dan sebagainya. Lauk-pauk dan sayur disajikan dengan pilihan nasi putih, nasi merah hingga apa yang disebut nasi gurih. Umumnya makanan “Ndeso”. Harga menu reguler mulai dari Rp10 ribu dan harga menu prasmanan mulai dari Rp25.000.
“Pada masa pandemi kami sempat tutup sekira dua bulan, sejak 23 Maret hingga 15 Mei 2020. Kemudian pada 16 Mei buka untuk delivery dan pada 20 Juli kembali buka dengan dine in dengan protokol kesehatan,” papar Tutut kepada Peluang, Senin (29/3/21).
Rumah makan ini buka setiap hari Senin-Jumat antara pukul 10.00 hingga 19.00 dan Sabtu-Minggu pukul 09.00-20.00.
Hebatnya, Warung Simbok ini juga sudah memproduksi ayam ingkung kalengan dan sejumlah menu lainnya.
“Ke depan kami berencana membuat menu-menu Warung Simbok dalam kemasan, yang tahan lama dan bisa didistribusikan, sampai keluar kota,” ujar perempuan kelahiran 1971 ini (Van).