hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Waralaba Punya Potensi Ekspor Besar

Waralaba Punya Potensi Ekspor Besar

Peluang News, Tangerang— Menteri Perdagangan Budi Santoso mengajak pelaku usaha waralaba untuk mulai menjajaki peluang ekspor melalui program business matching yang diselenggarakan Kementerian Perdagangan (Kemendag). Dalam sambutannya saat membuka ajang The 23rd International Franchise, License and Business Concept Expo and Conference (IFRA) x International Culinary Expo (ICE) 2025, Mendag menyampaikan pentingnya keterlibatan sektor jasa, termasuk waralaba, dalam ekspansi pasar global.

Acara tersebut digelar di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Kabupaten Tangerang, dan turut dihadiri Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Iqbal Shoffan Shofwan.

“Sampai sekarang, belum ada waralaba yang ikut serta dalam business matching Kemendag. Padahal sektor jasa, termasuk waralaba, memiliki potensi ekspor yang sangat besar,” ujar Mendag Budi, yang akrab disapa Mendag Busan.

Ia mendorong Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) untuk mulai mengikutsertakan anggotanya dalam kegiatan business matching Kemendag mulai Mei 2025.

Mendag menegaskan bahwa waralaba merupakan salah satu model bisnis yang strategis dalam pengembangan kewirausahaan nasional. Dengan sistem yang telah terstandarisasi dan dukungan dari pemilik waralaba, pelaku usaha pemula memiliki peluang lebih besar untuk berhasil.

“Waralaba dapat menjadi cara efektif untuk meningkatkan rasio kewirausahaan kita, dari 3,4 persen menuju target 10 hingga 12 persen seperti negara-negara maju,” tambahnya.

Data Kemendag mencatat bahwa pada tahun 2024, sektor waralaba telah menyerap hampir 98 ribu tenaga kerja dan mencatat omzet hingga Rp143,25 triliun, dengan lebih dari 48 ribu gerai aktif. Beberapa merek waralaba lokal bahkan telah berhasil menembus pasar internasional, seperti Alfamart, Ayam Gepuk Pak Gembus, Kebab Turki Babarafi, dan Taman Sari Royal Heritage Spa.

Ketua Umum AFI Anang Sukandar menyebut sektor makanan dan minuman (mamin) sebagai motor utama waralaba global, dan Indonesia punya peluang besar berkat ragam kuliner khasnya.

“Kalau kita lihat, sekitar 55 persen waralaba di negara-negara seperti AS, Australia, dan Malaysia berasal dari sektor mamin. Ini peluang besar untuk Indonesia dengan kekayaan kulinernya,” jelas Anang.

Ia mengimbau pelaku usaha lokal untuk menekuni potensi-potensi waralaba yang bisa dikembangkan secara nasional maupun internasional.

Salah satu peserta pameran, Kopi Titik Koma, menyampaikan harapan kepada pemerintah untuk terus mendukung pertumbuhan merek waralaba lokal. Co-Founder Ditya Wardhana mengatakan bahwa dukungan berupa kemudahan perizinan dan perlindungan hukum sangat dibutuhkan agar merek lokal bisa bersaing secara global.

“Target kami adalah memperkenalkan waralaba lokal dan memperluas kemitraan. Kami harap pemerintah hadir lebih aktif dalam mendukung pertumbuhan merek lokal, khususnya yang punya kandungan dalam negeri tinggi,” ujar Ditya.

Business matching Kemendag merupakan bagian dari program prioritas perluasan pasar ekspor. Dalam skema ini, pelaku usaha dapat mempresentasikan produknya kepada perwakilan perdagangan Indonesia di 33 negara. Jika ada kecocokan, sesi pertemuan bisnis akan difasilitasi dengan calon pembeli di negara tujuan.

Melalui sinergi antara pemerintah, asosiasi, dan pelaku usaha, waralaba lokal diharapkan dapat menjadi tulang punggung ekonomi dan duta merek Indonesia di kancah global.

 

pasang iklan di sini