Site icon Peluang News

Wamendag: Diversifikasi Pasar Ekspor Kunci Hadapi Tantangan Global

Wamendag Dyah Roro Esti Widya Putri
Dyah Roro Esti Widya Putri

PeluangNews, Jakarta-Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti Widya Putri menegaskan, perluasan pasar ekspor menjadi strategi prioritas Indonesia dalam menghadapi tantangan global.

“Strategi ini penting untuk mengurangi ketergantungan pada pasar utama sekaligus memanfaatkan besarnya populasi dan daya beli di pasar-pasar baru,” ujar Roro saat menjadi pembicara utama dalam focus group discussion (FGD) bertema Potensi Dampak Eskalasi Geopolitik terhadap Indonesia di Jakarta, Senin (11/8).

FGD tersebut dipandu Wakil Menteri Luar Negeri Arif Havas Oegroseno, dengan pembicara utama lainnya yakni Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono, serta Deputi Bidang Geopolitik Dewan Pertahanan Nasional Begi Hersutanto.

“Selain mempertahankan akses pasar yang ada, Indonesia terus membuka akses pasar baru. Diversifikasi pasar adalah kunci untuk mencapai target pertumbuhan ekspor sebesar 7,1 persen di tengah tantangan global,” kata Roro.

Ia menjelaskan, hingga saat ini Indonesia memiliki 21 perjanjian perdagangan—baik preferential trade agreement (PTA), free trade agreement (FTA), maupun comprehensive economic partnership agreement (CEPA)—dengan 30 negara mitra. “Pada 2024, sebanyak 68,05 persen ekspor Indonesia ditujukan ke negara-negara mitra yang mencakup 26,28 persen PDB dunia dan 47,56 persen populasi global,” ungkapnya.

Menurut Roro, berbagai produk unggulan seperti minyak kelapa sawit, tekstil, pakaian jadi, alas kaki, furnitur, hingga produk perikanan dan pertanian telah memperoleh akses pasar yang lebih luas berkat perjanjian-perjanjian tersebut. “Sektor jasa kita juga memiliki peluang yang lebih besar di berbagai negara mitra,” tambahnya.

Roro turut menyoroti perdagangan Indonesia-AS. “Penurunan tarif impor produk dari 32 persen menjadi 19 persen adalah capaian penting yang tidak lepas dari peran Presiden Prabowo Subianto. Dengan kebijakan ini, tarif impor Indonesia termasuk yang terendah di ASEAN, dan diharapkan menjadi solusi terbaik bagi pelaku usaha,” ujarnya.

Ia menegaskan, Indonesia menganut sistem nonblok dan membangun hubungan baik dengan semua negara, termasuk AS dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT). “Posisi ini memungkinkan kita memandang seluruh dunia sebagai mitra sehingga ruang kerja sama lebih luas di berbagai bidang,” jelasnya.

Pada kesempatan itu, Roro juga mengumumkan rencana penandatanganan Indonesia–Peru CEPA. “Peru punya populasi 34 juta jiwa dan PDB USD 289,2 miliar. Dengan CEPA ini, komoditas unggulan seperti kelapa sawit, karet, farmasi, makanan olahan, tekstil, dan fesyen akan mendapatkan akses pasar yang lebih luas,” katanya.

Selain Amerika Latin, Roro menekankan pentingnya pasar Uni Eropa. “Penyelesaian Indonesia–EU CEPA adalah instruksi langsung Presiden Prabowo. Uni Eropa potensial untuk ekspor tekstil, kelapa sawit, furnitur, dan produk berbasis rantai pasokan hijau,” ujarnya.

Ia juga menyoroti upaya diversifikasi ekspor ke pasar Afrika, Timur Tengah, dan Eurasia. “Di Timur Tengah, kita sedang bernegosiasi dengan GCC dan akan segera mengimplementasikan PTA dengan Iran. Di Eurasia, Indonesia–EAEU FTA memberi preferensi pasar untuk hampir 95 persen total impor EAEU dari Indonesia senilai USD 2 miliar,” paparnya. “Selain itu, kami menargetkan penandatanganan CEPA dengan Kanada dan PTA dengan Tunisia tahun ini,” lanjutnya.

Wamenlu Arif Havas Oegroseno menambahkan, Indonesia memerlukan contingency plan komprehensif untuk menghadapi potensi konflik besar yang berdampak pada perdagangan internasional, rantai pasok, investasi, hingga perlindungan WNI. “Situasi seperti di Taiwan bisa memicu tantangan distribusi barang hingga evakuasi. Kita perlu rencana aksi yang cepat dan terkoordinasi demi menjaga stabilitas ekonomi dan perdagangan,” tutur Havas.

Menanggapi hal itu, Roro memaparkan, perdagangan Indonesia–Taiwan mengalami surplus USD 2,72 miliar pada 2024, dengan total perdagangan USD 10,65 miliar. “Melalui FGD ini, kami berharap memperkuat kolaborasi lintas sektor, termasuk lintas kementerian. Dari sisi perdagangan, kami berkomitmen memberikan kontribusi terbaik demi kepentingan dan keamanan bangsa,” pungkasnya.

Exit mobile version