JAKARTA—-Kontribusi koperasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2018 mencapai 5,1%. Jumlah ini meningkat dibandingkan 2017 sebesar 4,48% dan melonjak dibandingkan 2014 hanya 1,71%.
Dibandingkan dengan negara lain, PDB koperasi secara nasional terlihat memang masih lebih rendah. Misalnya, PDB koperasi di Singapura 10%, Thailand 7%, Perancis 18%, Belanda 18%, dan Selandia Baru 20%.
Tingginya PDB tersebut mencerminkan koperasi di negara-negara tersebut sebagai kekuatan ekonomi yang sangat diperhitungkan.
Demikian diungkapkan Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga
dalam keterangan tertulisnya, Rabu (31/7/19).
“Kalau dilihat dari nilai kontribusi koperasi pada 2017
sebesar Rp451.953,01 miliar meningkat tajam menjadi Rp753.842,32 miliar pada
2018. Artinya, terjadi lompatan PDB koperasi hingga tiga kali lipat
dibandingkan 2014,” papar Puspayoga.
Dalam keterangannya lebih lanjut, Menteri menyebut secara rinci perkembangan data koperasi secara nasional adalah modal sendiri Rp181.028,35 miliar, modal luar Rp166.878,46 miliar, volume usaha Rp390.676,69 miliar, Sisa Hasil Usaha Rp15.258,82 miliar.
“Ini merupakan salah satu indikator keberhasilan program Reformasi Total Koperasi,” ujar Puspayoga.
Lanjut Menteri, program Reformasi Total Koperasi sangat penting dalam melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas koperasi. Kualitas koperasi menjadi target utama, bukan dari sisi jumlah.
Dia mencontohkan Koperasi Telekomunikasi Selular (Kisel) yang berhasil menerobos rangking 100 besar koperasi dunia, menurut World Cooperative Monitor (WCM). Kisel berada pada urutan ke-94 dunia dari 300 koperasi besar dunia.
Berdasarkan kategori, Kisel menduduki peringkat pertama
untuk kategori Other Services atau jasa lainnya. Di kategori ini, Kisel
mengungguli Selectour dari Perancis dan Kiperasi Permodalan Felda Malaysia
Berhad.
“Amerika Serikat adalah negara kapitalis. Akan tetapi, 100 dari 300
koperasi besar dunia berasal dari Amerika Serikat,” tutup Puspayoga.