Resesi menjadi ancaman serius bagi ekonomi bisnis Indonesia 2023. Tidak ada satu pun negara yang aman dari resesi. Probabilitas terjadinya resesi masih ada, meskipun sekarang angkanya kecil.
BEBERAPA bulan terakhir bermunculan kabar PHK oleh berbagai perusahaan, seperti Shopee, Indosat, Tanihub, Tokocrypto, dan GoTo. Penyebab badai PHK tersebut bermacam-macam. Di antaranya pemulihan pascapandemi Covid-19, konflik geopolitik, efisiensi perusahaan hingga ancaman resesi yang terjadi secara global. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memprediksi jumlah pengangguran akan berpotensi meningkat kembali tahun ini.
Badai PHK, menurut Ketua Bidang Ketenagakerjaan Apindo, Anton J. Supit, akan terjadi pada sektor bisnis yang tengah menurun drastis, yakni garmen dan sepatu. Kedua sektor itu—yang mengandalkan ekspor ke Eropa dan Amerika dimana ekonomi keduanya lesu—mengalami penurunan orderan. hingga 50 persen. Sepatu menurun hingga 50 persen, garmen 30 persen. “Dalam kondisi seperti itu, akan sulit bagi perusahaan mempertahankan karyawannya,” tuturnya.
Keputusan perusahaan startup di Indonesia mem-PHK-kan sejumlah karyawannya karena di tengah persaingan bisnis e-commerce yang ketat. Apalagi, kesulitan pendanaan dan kebutuhan akan efisiensi biaya. Persaingan yang ketat di beberapa sektor industri digital juga menjadi salah satu penyebab.
Menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, resesi menjadi ancaman serius bagi ekonomi Indonesia. Indonesia, katanya, masuk dalam negara dengan probabilitas terjadi resesi, meskipun baru tiga persen. Menurut data Bloomberg, kondisinya jauh lebih baik dibandingkan Cina, Jepang, dan Thailand. “Perlu dicatat, tidak ada satu pun negara yang aman dari resesi. Probabilitas terjadinya resesi masih ada meskipun sekarang angkanya kecil,” ujar Bhima.
Menteri Keuangan Sri Mulyani juga menyampaikan kekhawatiran terhadap ancaman resesi tahun depan. Menurut Sri Mulyani, ancaman tersebut kian nyata usai beberapa negara dunia menaikkan suku bunga acuan secara bersamaan. “Bank Dunia menyampaikan, bank sentral di seluruh dunia melakukan peningkatan suku bunga secara cukup ekstrem dan bersaman maka dunia pasti mengalami resesi di 2023,” ujar Sri Mulyani pada konferensi pers APBN Kita secara virtual, Senin (26/9).
Sri mengatakan kenaikan suku bunga bisa membuat pertumbuhan ekonomi masing-masing negara terpukul. Kemudian, Sri Mulyani menjelaskan tanda-tanda pelemahan ekonomi sudah mulai terlihat dari aktivitas Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur global yang turun dari 51,1 ke 50,3 per Agustus 2022.
Lebih lanjut, negara-negara G20 dan ASEAN, hanya 24 persen saja yang aktivitas manufakturnya masih di level ekspansi dan meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, yakni Indonesia, Thailand, Filipina, Rusia, Vietnam dan Arab Saudi. Walaupun begitu, Indonesia masih cukup bergerak positif karena masih dijalur akselerasi. Namun, harus bersikap hati-hati karena ekonomi dunia sedang mengalami pelemahan.
Sehubungan dengan itu, Bhima Yudhistira menyebut tiga hal yang perlu diwaspadai terkait transmisi resesi global ke ekonomi domestik. Yakni lewat sektor keuangan melalui pelemahan kurs hingga naiknya tingkat suku bunga secara agresif. Kemudian, lewat perdagangan dimana kinerja perdagangan mengalami penurunan surplus akibat permintaan negara mitra dagang utama menciut. Selanjutnya, volatilias harga komoditas membuat inflasi di dalam negeri meningkat dan menciptakan krisis biaya hidup bagi kelompok rentan. Sangat logis jika para ekonom sepakat mengimbau pemerintah Indonesia harus segera mengeluarkan paket kebijakan untuk mengantisipasi resesi ekonomi. Paket kebijakan yang diperlukan di antaranya tambahan alokasi dana perlindungan sosial, bantuan subsidi bunga yang lebih besar bagi pelaku UMKM.●