hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Visi Misi Capres-Cawapres Pengaruhi Ekonomi Indonesia di Masa Mendatang

Ilustrasi Pemilu 2024

Peluangnews, Jakarta – Tiga pasangan calon presiden Indonesia di Pemilu 2024 sudah diketahui. Setelah Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar (AMIN) dan Ganjar Pranowo – Mahfud MD, menyusul kepastian pasangan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka. Kini dunia usaha menunggu visi misi mereka dari ketiganya.

“Sebelumnya kami sudah sampaikan, pendaftaran calon Presiden dan Wakil Presiden akan menjadi penentu, sejauh mana probabilitas kemenangan sang calon Presiden akan menang,” ungkap Associate Director of Research and Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, di Jakarta, Senin (23/10/2023).

Lantaran hal itu, lanjut dia, khususnya cawapres akan memainkan peranan penting terhadap persentase kemenangan calon Presiden. Sejauh ini paketnya sudah utuh, capres juga sudah punya pasangannya masing-masing sehingga akan jauh lebih mudah untuk melihat, membandingkan, dan menerawang arah selanjutnya dari perekonomian Indonesia pada tahun-tahun mendatang.

Stabilitas politik, tentu merupakan salah satu hal yang utama yang harus diperhatikan untuk menjaga perekonomian untuk tetap berjalan maju.

“Oleh karena itu, politik dan visi dan misi dari masing-masing calon tidak bisa kita hilangkan pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia,” kata Nico.

Data Pertumbuhan Kuartalan AS

Menghadapi pekan yang cukup tenang, ada lebih dari sekedar harapan untuk menatap kekuatan baru bagi indeks harga saham gabungan (IHSG), atau justru mungkin pelemahan.

Secara sentimen, gejolak pasar akan datang dari Amerika, dengan beberapa data penting yang akan menjadi perhatian, utamanya adalah data pertumbuhan ekonomi Amerika tahunan per kuartal (qoq) kuartal III 2023 yang diproyeksikan akan naik dari 2,1% menjadi 4% – 4,5%.

Ini merupakan laju tercepat dalam hampir kurun waktu 2 tahun terakhir. Kuatnya pertumbuhan ekonomi Amerika didorong oleh daya beli dan konsumsi yang kuat.

Tentu pertumbuhan ekonomi Amerika yang diproyeksikan menguat, akan menjadi kekuatan ekonomi global yang tengah berjuang di tengah ketidakpastian yang terjadi.

Kuatnya pertumbuhan ekonomi Amerika, membuat kemungkinan ini akan menjadi alasan bagi bank sentral AS The Fed untuk kembali mengetatkan kebijakan moneter.

Ini didukung oleh adanya data ekonomi Personal Consumption yang naik dari 0,8% menjadi 3,5% – 4%.

Sementara itu data Indeks Harga Belanja Personal (PCE) AS atau Inti PCE Core Deflator YoY juga diproyeksikan akan masih berada di area yang sama dengan rentang 3,3% – 3,5%.

Hal ini memberikan indikasi tambahan bahwa meski inflasi masih turun, namun tekanannya masih cukup besar.

“Ada kemungkinan The Fed tidak akan menaikkan tingkat suku bunga pada bulan November mendatang, namun ada kesempatan yang juga sama besarnya akan terjadi pada bulan Desember,” kata Nico.

Seperti yang disampaikan oleh Gubernur The Fed Jerome Powell, data ekonomi terus membuktikan pertumbuhan berjalan di atas tren.

Pengetatan di pasar tenaga kerja juga masih kuat yang memberikan gambaran bahwa pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut masih sangat dimungkinkan.

Selanjutnya dari Eropa, Gubernur Bank Sentral Eropa Christine Lagarde akan menentukan, langkah tingkat suku bunga selanjutnya. Secara normatif, inflasi Eropa sudah mulai turun.

Ini menjadi penentu bagi suku bunga Eropa yang sedang menghadapi tekanan akan geopolitik, ditambah dengan kenaikan harga minyak, yang akan menjadi keputusan sulit bagi Bank Sentral Eropa. (Aji)

Baca Juga: Ini 9 Strategi 10 Sempurna Jokowi Jegal Anies Ikut Pilpres 2024

pasang iklan di sini