HINGGA 2020, utang PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN mencapai Rp451 triliun. Sepanjang periode 2015-2020, utang PLN bertambah Rp199 triliun. Hampir semua (utang) dipakai untuk investasi. “Hanya sebagian kecil untuk menjaga cash flow,” ujar ekonom senior Faisal Basri. Investasi PLN di antaranya penambahan aset berupa pembangkit total 10.000 megawatt, transmisi sepanjang 23.000 kilometer sirkuit, dan gardu induk total 84.000 MvA.
PLN ini BUMN dengan aset terbesar. Sampai April 2021, asetnya Rp1.599,5 triliun. “Harus kita jaga bersama-sama. Tidak ada BUMN lain dengan aset sebesar ini,” ucap Faisal Basri. Investasi PLN yang lebih besar dari peningkatan utang bisa karena sumber dananya tidak hanya dari pinjaman. Sebagian investasi PLN didanai dari kas internal dan penambahan modal.
Namun, peningkatan jumlah pelanggan juga menaikkan biaya produksi karena semakin banyak pelanggan harus dilayani. Penyambungan kabel, penyediaan energi primer, semua itu kan butuh biaya.
Berdasarkan laporan keuangan hingga akhir 2020, PT PLN diketahui berutang Rp649,2 triliun. Terdiri dari utang jangka panjang Rp499,58 triliun dan utang jangka pendek Rp149,65 triliun. Utang jangka panjangnya didominasi oleh obligasi dan Sukuk Rp192,8 triliun, utang bank Rp154,48 triliun, utang imbalan kerja Rp54,6 triliun, liabilitas pajak tangguhan Rp31,7 triliun, dan penerusan pinjaman Rp35,61 triliun.
Selain itu, ada pendapatan ditangguhkan Rp5,6 triliun, utang sewa Rp14 triliun, utang kepada pemerintah dan lembaga keuangan nonbank Rp3,6 triliun. Berikutnya, utang listrik swasta Rp6 triliun, utang KIK-EBA Rp655 miliar, utang pihak berelasi Rp9,4 miliar, dan utang lain-lain Rp182 miliar.●