MEDAN—-Orang Sumatera punya ungkapan alam terkambang jadi guru, maksudnya belajarlah dari pengalaman. Ungkapan itu juga dilakukan Muhammad Angga Suwandana merantau dari Kota Medan mengikuti kawannya bekerja di sbeuah industri perkayuan di Sidoarjo.
Setelah setahun merantau Angga kembali ke Kota Medan dan bekerja di sebuah perusahaan sambil mencicil pembelian alat-alat pertukangan perkayuan dengan gaji bulanannya. Akhirnya pada Agustus 2017 Angga memutuskan untuk berwirausaha dengan menggeluti kerajinan kado kayu, di antaranya memproduksi Photowood.
“Awalnya pemasarannya pada teman-teman yang menikah, misalnya. Saya menjual paket 5 hingga 20 pieces, mulanya dengan harga Rp50.000,” ujar pria kelahiran 1992 ini.
Kini usaha sulung dari empat bersaudara ini berkembang dengan dua karyawan, mampu memproduksi produk puluhan photowood dengan omzet per bulan antara Rp10 hingga Rp15 juta. Photowood-nya kini dijual dengan harga Rp100 ribu tanpa frame, Rp125 ribu dengan frame, serta Rp150 ribu dengan jam untuk ukuran sekira kertas A4. Sementara untuk ukuran sekira A3 dibandrol antara Rp150 hingga Rp200 ribu.
“Kami juga mengerjakan furniture ringan seperti rak sepatu dengan kayu jati Belanda dengan harga Rp350 ribu,” ujar Angga.
“Saya tidak ada keahlian khusus dalam membuat produk furniture ini, saya belajar dari YouTube dan coba-coba saja,” katanya.
Untuk berusaha di bidang ini dikatakanya adalah modal karena semua produknya diproduksi dengan menggunakan mesin, satu lagi adalah kesabaran yang tinggi karena membuat furniture itu harus rapi kalau tidak produknya terlihat tidak berkualitas.
Ke depan Angga berencana ingin membuka gerai sendiri. Selama ini dia mengerjakan berdasarkan pesanan di kediaman di kawasan Jalan Bajak Medan. Dengan membuka gerai sendiri, dia bisa berharap memperluas pasar yang selama ini hanya di seputaran Sumatera Utara.
“Sekalipun saya juga pernah mengirim produk ke Denpasar,” pungkasnya (Irvan Sjafari).
