Site icon Peluang News

Saree Ulos & Batik Organik: UMKM Ramah Lingkungan yang Mengangkat Wastra Nusantara ke Panggung Dunia

Saree Ulos & Batik Organik: UMKM Ramah Lingkungan yang Mengangkat Wastra Nusantara ke Panggung Dunia
Saree Ulos & Batik Organik: UMKM Ramah Lingkungan yang Mengangkat Wastra Nusantara ke Panggung Dunia/dok.humas kementerian umkm

PeluangNews, Jakarta – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi salah satu pilar penggerak ekonomi sekaligus pelestari budaya di Indonesia. Dua di antaranya, Saree Ulos dan Batik Organik, membuktikan bahwa inovasi ramah lingkungan dapat berjalan beriringan dengan pemberdayaan masyarakat.

Saree Ulos: Songket Ulos dari Limbah Pertanian

Didirikan oleh Juliana Sianturi, Saree Ulos lahir dari tekad memberdayakan perajin tenun di kawasan Danau Toba. Berawal dari fokus menjual tenun tradisional, Juliana kemudian mengembangkan inovasi dengan memanfaatkan limbah pertanian—seperti sawit, rami, pisang, dan nanas—sebagai bahan baku benang untuk songket ulos.

Produk Saree Ulos dihargai hingga Rp9 juta per lembar dan saat ini melibatkan 50 penenun. Para penenun mendapatkan upah layak serta insentif 10 persen dari harga kain yang terjual.

“Ini kami aplikasikan ke songket ulos agar dapat dinikmati bukan hanya oleh masyarakat Batak, tapi juga semua kalangan,” kata Juliana dalam acara Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2025 di Jakarta International Convention Center, Kamis (7/8).

Keunikan produk ini menarik minat eksportir Indonesia yang memasarkan ke Eropa dan Amerika. Juliana kini bercita-cita mengembangkan limbah pertanian menjadi benang khas Indonesia yang bisa menjadi daya tarik di pasar global.

Batik Organik: Pewarna Alam dan Serat Biodegradable

Sejalan dengan semangat ramah lingkungan, Ana Khairani dari Bogor mendirikan Batik Organik pada 2013. Bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ana mengolah daun, kulit buah, bunga, dan batang pohon menjadi pewarna alami.

Batik Organik menggunakan kain dari serat alami seperti kayu akasia, eucalyptus, katun, dan sutra eri, yang mudah terurai di tanah. Usaha ini juga melibatkan 54 ibu pembatik dari Desa Cipaku, Bogor, yang diberi pelatihan membatik dan pengelolaan usaha.

Ana mengakui, dukungan Kementerian UMKM melalui program Entrepreneur Development membantu meningkatkan kapasitas produksi, memperluas pasar, dan memberikan perlindungan legalitas.

“Kami bersyukur program ini berkelanjutan dan menjadi ekosistem bisnis yang mendukung kolaborasi,” ujar Ana.

Saree Ulos dan Batik Organik menjadi bukti bahwa UMKM Indonesia mampu berinovasi tanpa meninggalkan kearifan lokal, sekaligus menjaga lingkungan dan menyejahterakan masyarakat. (RO/Aji)

Exit mobile version