JAKARTA— Kepala UKM Centre Universitas Indonesia Zakir Machmud mengungkapkan pihaknya kini mendorong dan memnfasilitasi pelaku pemasaran usaha kecil dan menengah yang menjadi binaannya untuk memasuki ekonomi digital.
Dari 700 UKM binaan UKM Centre UI, baru sekitar 100 UKM yang memiliki media sosial atau melakukan digitalisasi. Zakir mengakui bahwa jumlah itu masih kecil sekali.
“Kita masih banyak pekerjaan rumah untuk mengajak mereka mengembangkan usaha melalui cara-cara digital,” ujar dia kepada wartawan, Jumat (14/2/20).
Lanjut dia, belum banyak UKM yang mau melibatkan diri dalam
pemasaran secara online.
Ini dinilai karena kurangnya wawasan para pelaku usaha, sehingga belum berani
ke pemasaran online.
“Mereka belum tahu apa manfaat dan konsekuensinya jika berjualan secara online misalnya. Banyak
UKM enggan masuk e-commerce
karena harus mengikuti banyak peraturan. Hal itu membuat mereka lebih memilih
berjualan lewat media sosial,” papar Zakir.
Meskipun demikian, Zakir menyebutkan infrastruktur pendukung pemasaran Usaha
Kecil Menengah (UKM) di Indonesia mulai terbentuk. Dengan begitu dapat
memfasilitasi para pelaku usaha menjual produknya.
“Sudah mulai terbentuk, mulai dari akses belanja online-nya melalui e-commerce, logistiknya,
marketingnya. Sampai konsultannya sudah mulai terbentuk,” kata Zakir Machmud.
Hanya saja, menurut dia, belum banyak UKM yang mau melibatkan diri dalam
pemasaran secara online.
Ini dinilai karena kurangnya wawasan para pelaku usaha, sehingga belum berani
ke pemasaran online.
“Mereka belum tahu apa manfaat dan konsekuensinya jika berjualan secara online misalnya,” kata
Zakir. Dirinya melanjutkan, banyak UKM enggan masuk e-commerce karena harus mengikuti banyak
peraturan. Hal itu membuat mereka lebih memilih berjualan lewat media sosial.
Pemasaran produk UKM lewat digital nantinya berpengaruh
terhadap perekonomian nasional. Hanya saja tetap tergantung kualitas produk dan
hal lainnya.
Zakir berharap, semakin banyak UKM yang menggunakan sarana digital terutama e-commerce, dapat
membuat pemasaran produk impor di Indonesia berkurang.
“Jadi diharapkan pemerintah fokus ke arah sana,sehingga ada peralihan dari menjual di media sosial ke e-commerce,” pungkasnya.