i
JAKARTA—Pandemi Covid-19 tidak mempengaruhi bisnis PT Bank Mandiri (Persero) di luar negeri. Buktinya pada kuartal pertama 2021, Mandiri mencatat empat juta dolar AS atau setara dengan Rp57,9 miliar. Capaian ini tumbuh 13 persen dibanding periode sama pada tahun sebelumnya.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengungkapkan komponen terbesar yang mendukung pertumbuhan ini yakni fee based income atau keuntungan yang didapat dari transaksi jasa-jasa bank.
“Selain itu ada kontribusi dari kredit atau instrumen yang menghasilkan bunga,” ujar Darmawan dalam Konferensi Pers Virtual Paparan Kinerja Kuartal I Bank Mandiri, Rabu (28/4/21).
Darmawan juga menyampaikan, pertumbuhan kredit di luar negeri sebesar 13 persen, setara dengan 351 juta dolar AS atau senilai Rp 5,08 triliun.
Hanya saja dia mengakui sekalipun pertumbuhan kantor cabang luar negeri ini mencatatkan pertumbuhan yang positif, namun rencana ekspansi ke negara-negara lain terpaksa diurungkan.
“Kami masih fokus konsolidasi di dalam negeri dan mengoptimalkan peran Bank Mandiri untuk pemulihan ekonomi nasional,” ucap Darmawan.
Mandiri juga masih menunggu hasil kajian dari rencana ekspansi ke negara-negara lain, sehingga ekspansi global saat ini belum menjadi prioritas perseroan.
Darmawan menuturkan kredit perbankan tahun ini akan mengalami perbaikan meski masih dibayangi pandemi Covid-19. Saat ini perbankan sudah mulai beradaptasi dengan keadaan sehingga bisnis model yang dijalankan tahun ini akan lebih baik dari sebelumnya.
Sebagai informasi, kinerja keuangan Bank Mandiri kuartal satu 2021 tumbuh 9,1 persen atau meningkat dari Rp878 triliun menjadi Rp984,9 triliun pada 2021. Penyaluran kredit ini juga meningkat dibandingkan Desember 2020 yang menyalurkan kredit sebesar Rp 871,27 triliun.
Dia memproyeksikan penyaluran kredit juga akan berangsur membaik dengan didorong keberhasilan vaksinasi massal, program paket stimulus pemulihan ekonomi nasional tahun 2020 dan tahun 2021. Berbagai program ini bertujuan untuk mengembalikan kondisi ekonomi kembali seperti sebelum terjadinya penyebaran virus corona.
“Program-program ini diharapkan akan berdampak ke aktivitas ekonomi di wilayah dan menciptakan demand atau pembiayaan kredit,” kata dia.
Darmawan menyatakan, berbagai wilayah Indonesia juga telah ada peningkatan harga komoditas seperti CPO, batubara, nikel dan lainnya. Adanya peningkatan harga komoditas ini diharapkan bisa berdampak positif pada pertumbuhan kredit perbankan.