hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Tual, Pasokan Bahan Pangan dari Kejauhan

Di antara ratusan gugus pulau di tenggara Maluku, setidaknya tiga nama sering disebut: Dobo, Saumlaki, Tual. Posisinya antara kepala burunng Papua dan benua Australia. Tak mudah survive di kota-kota Laut Banda itu, yang rentan inflasi dan deflasi tinggi.

TUAL hanya sebuah kota kecil. Letaknya Pulau Dullah, Kepulauan Kei, di Maluku bagian tenggara. Persisnya antara Pulau Kei Besar dan Kei Kecil. Dalam hal jarak, dari Tual lebih dekat ke Kaimana, di Papua Barat, ketimbang Ambon yang ibu kota provinsi. Hanya ada empat kecamatan di kota ini, yaitu Kecamatan Pulau Kur-Kur, Tayando Tam, Dullah Utara, dan Dullah Selatan. yang dihuni oleh suku Kei dengan beragam nama marga.

Pembentukan Kota Tual sebagai daerah otonom pernah dipertentangkan secara hukum oleh beberapa pihak yang merasa tidak puas. Adalah Mahkamah Konstitusi yang memutuskan bahwa Kota Tual tetap sah dan memenuhi syarat sebagai kota otonom. Inilah kota terbesar kedua di Provinsi Maluku. Populasinya 88.633 jiwa pada 2019.

Kota Tual Kepulauan merupakan gugusan pulau-pulau kecil yang terdiri dari 66 pulau, 13 pulau di antaranya berpenghuni. Luas wilayah Kota Tual 19.088,29 km². Daratannya 352,66 km², hanya 2% dibanding lautannya yang 18.736 km². Kondisi pulau-pulau kecil dan pesisir terhampar cantik pasir putih. Sumber daya kelautan dan perikanannya melimpah. Secara umum, masyarakat tak mudah menjalani perekonomian di sini

Kondisi topografi di Kota Tual relatif datar hingga berbukit membuat masyarakat sulit bercocok tanam. Kegiatan ekonomi normal seperti daerah lain sulit dilakukan. Potensi perikanan dan wisata wilayah Tual di tengah Laut Banda sebenarnya melimpah; dari ikan tuna, mutiara, hingga rumput laut. Namun, dengan peralatan seadanya, potensi itu belum cukup tergali oleh hampir 70 ribu penduduk lokal. Meski ada pendanaan dari pemerintah, masyarakat bebas menentukan kegiatan ekonomi di Tual. Pantai-pantai Tual sangat elok dan khas, hanya saja minus transportasi.

Lemahnya dukungan dari sumber daratan menyebabkan penduduk Kota Tual bergantung pada pasokan bahan pokok dari luar. Bahan pangan untuk warga Tual biasanya didatangkan dari Bitung, Makassar, bahkan Surabaya. Proses pengiriman lewat laut amat tergantung ombak dan cuaca. Harga pangan di wilayah itu menjadi sangat fluktuatif. Bayangkan, jarak dari Tual dengan kecamatan terjauh, yakni Pulau-Pulau Kur, terbentang 103 kilometer atau 57 mil laut.

Tak aneh jika, dalam rilis indeks harga pada awal Maret 2019 lalu, BPS menyatakan inflasi Kota Tual sebesar 2,98%, tertinggi di Indonesia. Padahal, saat itu BPS mengumumkan deflasi sebesar 0,08% secara nasional.  Inflasi ekstrem itu biasa terjadi sewaktu-waktu, mengingat beberapa faktor tadi. “Inflasi dan deflasi fluktuasinya luar biasa,” kata Kadis Perumahan dan Permukiman Kota Tual, Fahry Rahayaan.

Satu hal yang pasti, destinasi wisata alam di Kepulauan Kei mempesona karena orisinalitasnya yang belum ‘dikotori’ intervensi dan rekayasa teknologi modern.

Pantai Pasir Panjang–Ngurbloat, Ohoi Ngilngof. Pantai ini merupakan garis pantai yang sama dengan Pantai Ngur Sarnadan. Panjang garis pantainya lebih dari 2 km. Di sepanjang pantai ini terdapat saung-saung yang bisa disewa dari masyarakat lokal sambil menikmati kuliner khas setempat. Sama dengan pantai Ngur Sarnadan, Ohoi Lilir, pantai  ini pun sangat nyaman untuk dipakai berenang dan leyeh-leyeh sambil menikmati sunset. Pantai Ngurbloat juga dinobatkan sebagai pantai dengan pasir paling halus di dunia oleh majalah National Geographic.

Gua Hawang. Teletak di Desa Letvuan ini merupakan sebuah kolam air tawar yang dalam yang sangat indah dengan pantulan sinar matahari. Menurut cerita, kolam di Gua Hawang terhubung dengan mata air Evu melalui sungai bawah tanah. Gua Hawang terdiri dari dua liang yang dihubungkan oleh sungai bawah tanah. Jadi, kalau diving di sini,anda akan dapat menembus ke dua gua tersebut melalui sungai bawah tanah tadi.

Pasir Timbul Ngurtavur – Habitat Burung. Lokasi pantai Ngurtavur berada di Pulau Waha, tepat di depan Pulau Warbal. Pulau Waha selain habitat burung juga memiliki pantai berpasir putih yang menjorok ke tengah lautan.Panjangnya 2 km dengan lebar 7 meter. Berjalan di sinisaat air surut atau naik perahu serasa sedang berjalan di tengah lautan luas. Ngurtavur merupakan habitat burung Australian Pelikan (Pelecanus conspicillatus) yang sedang bermigrasi ke Maluku dari tempat tinggal mereka di Australia dan Papua Nugini.

Pulau Bair. Sekitar 1 jam perjalanan ke arah utara dari Pelabuhan Dullah di Kei Kecil. Landscape Pulau Bair ini sangat memanjakan mata dengan laguna yang jernih beralaskan pasir dan ikan serta terumbu karang perawan. Aktivitas berenang, piknik dan snorkeling bisa dilakukan di sini. Selain menjelajahi sekeliling pulau, anda bisa  masuk di antara celah tebing karang yang sangat eksotik. Sebelum Pulau Bair, kita juga akan melewati Pulau Adranan berpasir putih yang menawan dengan air laut yang jernih menyelimuti terumbu karang dan ikan yang jinak.

Bukit Masbait. Inilah bukit tertinggi di Pulau Kei Kecil, berada di Desa Kelanit. Selain sebagai tempat ziarah umat Katholik dengan patung Kristus Raja yang dapat berputar, atraksi alam berupa matahari terbit dan terbenam yang sangat indah dapat dinikmati dari puncak bukit ini.

Desa Adat Tanimbar Kei. Desa ini dapat dalam 5 jam dari Pelabuhan Debut.Inilah desa adat yang masih memegang teguh bentuk bangunan, seni, adat istiadat dan kepercayaan leluhurnya. Desa Tanimbar Kei terbagi menjadi dua, yaitu Kampung Atas dan Kampung Bawah. Yang dipisahkan dengan tangga yang bersandar di tebing setinggi 10 sampai 15 meter. Di sini terdapat rumah adat asli Kei yang menyimpan beraneka ragam benda-benda adat seperti Patung adat, perhiasan emas,  bejana, tembikar. Sebuah legenda menyatakan, leluhur orang Kei berasal dari Bali, yang dibuktikan dengan adanya Pura dan agama Hindu yang dianut masyarakat.

Gua Luvat–Tebing Lukisan Tangan. Situs purbakala di Ohoi Dertawun ini sangat fenomenal karena lukisan di dinding gua berbentuk Matahari, Panah, Perahu, Hewan merupakan peninggalan masa prasejarah pada zaman Megalitikum (zaman batu besar) dimana manusia mulai mengenal konsep ketuhanan dalam bentuk sangat tradisional. Lukisan tersebut menggambarkan pola hidup dan aktivitas masyarakat saat itu yang berhubungan dengan alam.

Sulitkah akses ke Tual? Jika anda peminat safari yang tak terikat waktu, kapal laut merupakan transportasi tradisional yang mengasyikkan. Dari Pelabuhan Tajungpriok, Jakarta, ada Kapal Dobonsolo. Beberapa pelabuhan terlewati, di antaranya Tanjung Perak (Surabaya), Pelabuhan Makassar, Pelabuhan Bau-Bau, Pelabuhan Ambon, sesampai di Tual, kapal bergerak mengangkut penumpang menuju Papua. Saat ini, hanya ada satu penerbangan langsung dengan Garuda Indonesia dari Jakarta ke Bandara Karel Sadsuitubun di Tual.  Adapun rute enerbangan Ambon–Langgur sudah dilayani oleh tiga maskapai nasional dengan frekuensi 4 kali setiap hari.●(dd)

pasang iklan di sini