
Transformasi Megamendung Menyulam Harapan dari Ekowisata Ramah Lingkungan
PeluangNews, Bogor – Megamendung, salah satu kecamatan di jalur wisata Puncak, Kabupaten Bogor, kini menampilkan wajah baru. Bukan sekadar tempat persinggahan dengan panorama sejuk khas pegunungan, tetapi juga simbol transformasi menjadi destinasi ekowisata yang ramah lingkungan dan penuh harapan bagi warganya.
Camat Megamendung, Ridwan, menuturkan bahwa daya tarik wilayah ini bukanlah hasil rekayasa instan. “Destinasi wisata di Megamendung memang terbentuk sejak lama. Baru belakangan ramai karena ada langkah pemerintah dan masuknya investor,” ungkap Ridwan kepada wartawan yang dikutip Kamis (9/10)
Ridwan masih mengingat betul masa pasca-Reformasi 1998, ketika penyerobotan lahan negara di kawasan Puncak menimbulkan kerusakan lingkungan. Kebun teh dan hutan milik PTPN di Megamendung digunduli, sementara sengketa tanah berkepanjangan. “Dua persoalan itu membuat daerah terpuruk cukup lama,” kenangnya.
Jalan Baru Bersama Investor
Dua dekade kemudian, situasi berbalik arah. Sejak Ridwan menjabat camat pada 2023, konflik lahan tak lagi muncul. Kehadiran investor besar seperti Eiger Adventure Land (EAL) dan Gym Station Indonesia (GSI) membawa perubahan nyata.
“Ada empat dampak positif. Tanah negara kembali dikuasai negara, lahan gundul direboisasi, investor memberi pemasukan ke negara, dan warga mendapat peluang kerja,” jelas Ridwan.
Ramah Lingkungan dan Serap Tenaga Kerja
Menurut Ridwan, para investor di Megamendung tak hanya berorientasi pada keuntungan, tetapi juga menjaga kelestarian alam. Ia mencontohkan, Sungai Cisuka tetap terjaga tanpa banjir meski ada pembangunan.
Selain itu, investasi di transformasi Megamendung sejalan dengan program Presiden Prabowo Subianto yang menekankan penyerapan tenaga kerja. “Hilirisasi investasi di sini juga bermuara pada ketenagakerjaan, sehingga membantu mengurangi pengangguran,” tambahnya.
Dampak positif langsung dirasakan masyarakat. Atang (70), warga Desa Sukagalih, mengaku mudah mendapat pekerjaan di EAL. “Cukup pakai KTP, tanpa ijazah pun diterima asal mau kerja,” ujar Atang yang bekerja menjadi gardener menanam dan merawat tanaman.
Tetangganya, Ismail (21), kini juga memiliki penghasilan tetap setelah sebelumnya kesulitan mencari pekerjaan. “Ekowisata ini memberi lowongan terbuka bagi warga lokal. Kami tidak perlu jauh-jauh ke kota,” katanya.
Kisah Atang dan Ismail mencerminkan bahwa investasi ramah lingkungan di Megamendung bukan hanya menyelesaikan masalah lahan dan reboisasi, tetapi juga menumbuhkan harapan baru bagi generasi muda. Sayangnya, kini mereka dilanda kecemasan karena tempatnya bekerja disegel oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan belum mendapat kejelasan kapan dibuka kembali.
DPR Angkat Bicara
Anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra, Mulyadi, juga mengkritik keras langkah Menteri Hanif yang dianggap gegabah dalam menyegel tempat wisata di Puncak. “Saya menentang keras jika keputusan itu diambil tanpa dasar, tanpa kajian, dan sewenang-wenang,” tegas Mulyadi, Sabtu (4/10/2025).
Menurut Mulyadi, Menteri Hanif harus memahami kondisi sosial ekonomi masyarakat Bogor Selatan yang bergantung pada sektor pariwisata.
“Warga Puncak tidak seperti di Kalimantan yang hidup dari tambang. Mereka menggantungkan hidup di sektor wisata. Jadi jangan membunuh mata pencaharian rakyat kecil,” katanya.
Mulyadi menegaskan bahwa sebelum mengambil kebijakan, pemerintah harus mempertimbangkan hajat hidup masyarakat serta mendukung program Asta Cipta Presiden Prabowo, salah satunya tentang penciptaan lapangan kerja.
“Sektor wisata berbasis alam justru memberikan banyak manfaat ekonomi, dari pendapatan daerah hingga penguatan UMKM lokal,” jelasnya. (Aji)
Baca Juga: Ekowisata Mangrove Berpotensi Diminati Generasi Milenial