hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Transaksi Uang Digital Kebal Pandemi

Perusahaan penerbit uang elektronik sedang menikmati masa panen di tengah Covid-19 sejalan dengan melesatnya transaksi nontunai.

Berkah tersembunyi. Kalimat itu tepat untuk menggambarkan laju perkembangan transaksi uang elektronik atau digital. Saat sektor lain melambat akibat tekanan pandemi Covid-19, transaksi uang digital justru melejit.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan transaksi ekonomi dan keuangan digital meningkat pesat sejalan dengan penggunaan platform dan instrumen digital di masa pandemi. Selain itu, semakin kuatnya preferensi dan akseptasi masyarakat terhadap transaksi digital. “Transaksi uang digital meningkat selama pandemi covid-19,” ujar Perry dalam video conference beberapa waktu lalu.

Data BI mencatat per Agustus 2020, nominal transaksi uang elektronik mencapai Rp17,23 triliun, naik dibanding Januari 2020 sebesar Rp15,87 triliun. Secara agregat, sepanjang 2020 (sampai Agustus)  total nominal transaksi uang digital sebesar Rp126,96 triliun.  Kondisi sebaliknya terjadi pada transaksi kartu debet/ATM.  Pada Agustus 2020, nominalnya mencapai Rp579,78 triliun, turun dibanding Januari 2020 sebesar Rp605,50 triliun. 

Salah satu keuntungan uang digital adalah konsumen tidak perlu repot menyiapkan uang pecahan untuk digunakan sebagai kembalian dari transaksi yang dilakukan karena sudah otomatis terpotong dari saldo. Transaksi yang dilakukan semudah melakukan klik pada layar smartphone.

Potensi penggunaan uang elektronik masih sangat besar. Apalagi melihat perubahan perilaku masyarakat pada masa pandemi yang lebih banyak melakukan transaksi non tunai dibandingkan dengan tunai.

Perry menambahkan ke depan, Bank Indonesia terus mempercepat digitalisasi pembayaran dan perluasan ekosistem digital melalui kolaborasi dengan Pemerintah, bank, fintech, dan e-commerce untuk pemulihan ekonomi nasional, khususnya program bansos Pemerintah, penyaluran kredit dan digitalisasi UMKM. “Sejumlah langkah terus dilakukan, termasuk perluasan ekosistem QRIS, penggunaan big data, aplikasi API (Application Programming Interface), serta penguatan pengawasan fraud dan siber pada pembayaran digital,” ungkap Perry.

Transaksi Digital Perbankan Melesat

Salah satu perbankan yang merasakan naiknya minat masyarakat dalam mengakses layanan digital adalah Bank BNI.  Tansaksi BNI Mobile pada kuartal III-2020 naik hingga 80,4 persen, senilai Rp117 triliun.

Peningkatan ini tak lepas dari pergeseran perilaku konsumen yang beralih pada sistem digital selama pandemi berlangsung. Dimana masyarakat tidak memerlukan kontak fisik, sehingga dapat turut serta menekan penyebaran covid-19.

 “Hingga September 2020, volume transaksi melalui BNI Mobile Banking tumbuh 80,4 persen yoy,” ujar Direktur Bisnis Konsumer BNI Corina Leyla Karnalies dalam paparan kinerja BNI kuartal III-2020, akhir Oktober lalu.

Adapun jumlah transaksi meningkat dari 142 juta pada Kuartal 3 tahun 2019 menjadi 211 juta transaksi pada Kuartal 3 tahun 2020 atau meningkat 48,1 persen. Kedepannya, Corina menyebutkan layanan perbankan digital akan semakin menjadi ujung tombak. “Selain untuk menghasilkan produk dan layanan keuangan digital, layanan perbankan digital juga akan dilakukan pada proses bisnis internal yang melahirkan produktivitas dan efisiensi,” kata Corina.

Sementara itu, Bank Mandiri mencatat kontribusi transaksi digital melalui Mandiri Cash Management (MCM) pada Agustus 2020 yang sebanyak 67 juta transaksi bernilai Rp5.800 triliun atau tumbuh 20 persen dari periode sama tahun sebelumnya.

“Peran aktif Bank Mandiri saat ini semakin dibutuhkan untuk menumbuhkan aktivitas transaksi keuangan nasional di tengah pandemi,” kata Direktur Treasury, International Banking & SAM Darmawan Junaidi dalam keterangan pers beberapa waktu lalu di Jakarta.

Darmawan menyatakan pihaknya menyediakan layanan transaction banking berbasis digital untuk mendukung tata kelola keuangan seperti kebutuhan cash management, aktivitas perdagangan, dan transaksional spesifik berbasis komunitas atau ekosistem.

Menurutnya, hal itu jawaban dari tantangan perbankan untuk mengoptimalkan likuiditas melalui konsep tata kelola keuangan yang praktis, tepat, dan prudent sehingga menunjang seluruh aspek kinerja bisnis atau perusahaan secara umum.

Darmawan menyebutkan terdapat Mandiri Global Trade (MGT) untuk simplifikasi dan percepatan proses inisiasi akttivitas transaksi perdagangan dan bank garansi secara online sehingga menguntungkan pelaku bisnis.

Beberapa solusi digital lainnya juga disediakan Bank Mandiri bagi nasabah yang bergerak di industri sektoral seperti jasa kesehatan, pendidikan, dan pelabuhan agar transaksi dapat mudah, cepat, dan transparansi.

Kondisi serupa dialami Bank BCA dimana pada kuartal III-2020, perbankan seluler (mobile banking) mengalami kenaikan tertinggi hingga 61,7% dibanding tahun lalu dalam periode yang sama. Dari 1,1 miliar transaksi menjadi 1,7 miliar transaksi. Kemudian, perbankan melalui internet (internet banking) juga tumbuh 31,4%. Dari 646 juta transaksi pada kuartal III-2019 menjadi 849 juta transaksi pada kuartal III-2020.

Transaksi di kantor cabang BCA berkurang hingga 25% pada kuartal III-2020. Pada periode tersebut hanya terjadi 30 juta transaksi dari 40 juta transaksi di kuartal III-2019. Sedangkan volume transaksi anjungan tunai mandiri (ATM) turun 12,1% dari 528 juta transaksi pada kuartal III-2019 menjadi 464 juta transaksi pada kuartal III-2020.

Ke depan, transaksi digital diprediksi akan terus tumbuh sejalan dengan bergesernya perilaku masyarakat ke arah nontunai. Apalagi di segmen milenial yang semakin familiar dengan transaksi digital. (Kur).

pasang iklan di sini