Dompet Digital termasuk metode pembayaran yang paling digemari masyarakat ketika berbelanja online setelah transfer bank. Pemberlakuan QRIS telah mempercepat penetrasi transaksi digital di Tanah Air.
Pandemi bukan halangan bagi masyarakat untuk berbelanja. Yang berbeda hanya cara transaksinya saja, dari manual menjadi digital. Ini terlihat dari meningkatnya transaksi perdagangan digital (e-commerce) per kuartal III 2020.
Data Bank Indonesia mencatat transaksi e-commerce selama sembilan bulan (Januari-September) 2020 mencapai Rp181 triliun. Angka ini di luar transaksi saat Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas). Sampai akhir tahun, diyakini angkanya melampaui 2019 yang senilai Rp201 triliun.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono mengatakan, pandemi Covid-19 mempercepat perkembangan transformasi digital di Indonesia. Masyarakat mau tidak mau pakai platform digital untuk beraktivitas, termasuk bertransaksi,” ujar Erwin dalam acara Indonesia Digital Conference (IDC) 2020.
Sementara untuk transaksi uang elektronik (e-money) melonjak dalam dua tahun terakhir. Pada 2018, nilai transaksi Rp33,67 triliun, 2019 naik jadi Rp145,1 triliun dan per September 2020 nilainya sebesar Rp144,6 triliun. Untuk transaksi digital banking, cenderung stagnan sebesar Rp19,67 triliun pada kuartal III 2020.
Dompet Digital Semakin Populer Dompet digital menjadi salah satu instrument alternatif pembayaran online yang semakin digemari oleh masyarakat. Ini terlihat dari survei iprice dan Jakpat yang dilakukan pada 13-14 Mei 2020, bahwa dari 1.000 responden sebanyak 26% menjadikan dompet digital sebagai metode pembayaran saat belanja online di platform e-commerce. Posisi teratas masih ditempati transfer bank sebesar 30%.
Dari sisi pelaku usaha dompet digital, pemain lokal mendominasi industri. GOPAY, OVO, Dana dan LinkAja merupakan 4 brand dompet digital dengan jumlah pengguna aktif bulanan terbanyak selama periode kuartal II 2019 – kuartal II 2020. Untuk aplikasi dengan total download terbanyak juga diduduki oleh keempat pemain tersebut GOPAY, OVO, Dana dan LinkAja.
Riset Ipsos, sebanyak sebanyak 58% responden memilih GOPAY sebagai e-wallet paling familiar, diikuti Ovo sebanyak 29%, Dana 9% dan LinkAja 4% responden. Untuk peringkat selanjutnya e-wallet dengan pengguna aktif bulanan terbanyak dari posisi 6 hingga ke 10 untuk periode Q2 2020 diduduki oleh Go Mobile by CIMB, i.saku, JakOne Mobile- Bank DKI, Doku, Sakuku, dan Paytren.
Salah satu e-wallet yang sedang naik daun adalah JakOne Mobile Bank DKI yang dapat dipergunakan baik oleh nasabah yang sudah memiliki rekening tabungan Bank DKI, ataupun calon nasabah yang belum membuka rekening tabungan. Bank DKI dipilih sebagai bank untuk penyaluran Dana KJP Plus (Kartu Jakarta Pintar), penarikan dana ini bisa dilakukan melalui ATM maupun dengan datang langsung ke kantor Bank DKI terdekat.
Adanya kebijakan bantuan pemerintah mempengaruhi ranking pengguna aktif bulanan JakOne Mobile. Pada Q1 2020 JakOne Mobile menduduki peringkat sembilan namun pada Q2 2020 JakOne mobile naik empat peringkat di posisi kelima.
Untuk total download aplikasi, JakOne Mobile juga mengalami peningkatan ranking dari posisi sembilan ke posisi ke tujuh. Hal ini dikarenakan anjuran pemerintah DKI Jakarta untuk menggunakan JakOne Mobile sebagai aplikasi untuk mengecek saldo apakah dana bantuan yang dikirimkan sudah diterima atau belum.
Turut sertanya Bank DKI dalam membantu meringankan beban finansial pelajar di Jakarta menjadikan aplikasi e-wallet JakOne sebagai alternatif transaksi non-tunai bagi penduduk Jakarta.
Dompet digital yang juga menanjak penggunaannya adalah ShopeePay. Ini tidak lepas dari platform Shopee sebagai e-commerce terbesar di Indonesia. Riset dari Snapcart tentang perilaku belanja masyarakat Indonesia selama bulan Ramadan dan Hari Raya di tengah pandemi menunjukkan Shopee merupakan e-commerce yang paling diingat dan digunakan oleh masyarakat. Shopee juga menjadi platform yang paling banyak digunakan selama Ramadan dan Hari Raya pada 2020 jauh mendahului pesaing-pesaingnya.
Berdasarkan data dari YouGov yang dirilis pada Juni 2020, ShopeePay berhasil menjadi salah satu dari top 3 e-wallet dengan jumlah pengguna terbesar di Indonesia. Tidak hanya itu, ShopeePay juga mengalami pertumbuhan yang paling pesat selama pandemi, jauh di atas penyelenggara e-wallet lainnya, seperti OVO, GoPay, DANA, dan LinkAja.
Laporan DSResearch dan CIMB Niaga terbaru mengungkapkan ShoopePay masuk dalam lima besar dompet digital paling dikenal masyarakat setelah GoPay, DANA, OVO, dan LinkAja.
Ke depan, penggunaan dompet digital diyakini akan terus meningkat seiring dengan kemudahan yang didapat dengan mengaksesnya. Apalagi dengan dukungan QRIS atau Quick Response Code Indonesian Standard yang sudah berlaku efektif sejak 1 Januari 2020.
Seperti diketahui, QRIS adalah standarisasi pembayaran menggunakan metode QR Code dari Bank Indonesia agar proses transaksi dengan QR Code menjadi lebih mudah, cepat, dan terjaga keamanannya.
Sebelum terstandarisasi dengan QRIS, aplikasi pembayaran hanya dapat melakukan pembayaran pada merchant yang memiliki akun dari Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) yang sama karena QR code yang digunakan tidak terstandarisasi. Setelah implementasi QRIS, seluruh aplikasi pembayaran dari PJSP apapun dapat melakukan pembayaran menggunakan QR code di seluruh merchant meskipun PJSP yang digunakan berbeda.
Pandemi terbukti telah mempercepat penetrasi pembayaran digital di tengah masyarakat. Dukungan dari regulator juga berpengaruh besar dalam transformasi sistem pembayaran yang mengarah pada lesscash society. (Kur).