octa vaganza

Toko Kelontong, Riwayatmu “Kekinian”

JAKARTA-—Pedagang kelontong  diduga berawal dari pedagang keliling yang menawarkan barang kebutuhan rumah tangga, dari perkakas seperti panci dan penggorengan, hingga sabun, serta bahan kebutuhan pokok pada abad ke 19. 

Umumnya mereka pedagang keturunan Tionghoa membawa kelontong ini berbentuk tambur (rebana) mini bertangkai dan di kedua sisinya diberi tali pendek dengan biji bulat di ujungnya. Tambur mini ini bisa terbuat dari kaleng, kulit samak, atau kertas semen akan menimbulkan bunyi, hingga penghuni rumah tahu pedagang kelontong lewat depan rumahnya.

Lambat laun para pedagang ini membuka toko di tempat strategis, seperti persimpangan jalan atau di pasar.  Toko kelontong menjadi tempat belanja kebutuhan hingga era 1990-an sebelum muncul minimarket dan pasar swalayan yang menggeser peran toko ini.   

Kini,  muncul SRC Indonesia toko kelontong yang merupakan bagian dari PT SRCIS menginisiasi kampanye #KembaliKeKelontong dengan tujuan untuk mengajak masyarakat luas dari Sabang hingga Merauke kembali belanja di toko kelontong masa kini.

Toko kelontong kekinian ini menjadi efesien karena didukung teknologi yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat saat ini. Kampanye ini diharapkan dapat menggerakkan sistem ekonomi kerakyatan, di mana toko kelontong merupakan bagian dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang selama ini memberikan kontribusi besar bagi perekonomian nasional.

Direktur PT SRCIS Rima Tanago menjelaskan kampanye #KembaliKeKelontong yang juga merupakan bagian dari kampanye sebelumnya #DekatBerdampak ini bertepatan dengan hari Ulang Tahun SRC yang ke-13, sehingga semangatnya mendorong masyarakat dan komunitas untuk terus berkembang dan bergerak maju.

“Kami  mengajak mitra bisnis dan komunitas sehingga bersama – sama saling mendukung melakukan aktivitas ekonomi seperti berbelanja pada satu ekosistem digital yang mumpuni. Hingga pada akhirnya dapat memperkuat ekonomi masyarakat secara mandiri,” jelas Rima dalam keterangannya, Rabu (9/6/21).

Rima menjelaskan, di usia ke -13 ini SRC senantiasa melakukan inovasi melalui dukungan teknologi, yaitu aplikasi AYO Kelontong yang memiliki banyak fitur baru.

Aplikasi AYO Kelontong ini memungkinkan seluruh segmen masyarakat dapat terkoneksi dengan seluruh jaringan SRC yang ada di Indonesia di manapun dan kapanpun.

SRC bertumbuh dari masa ke masa, bertransformasi dan menjangkau seluruh kalangan terutama generasi muda dengan menciptakan pengalaman belanja yang nyaman.

“Aplikasi ini memungkinkan penjual dan pelanggan semakin dekat. AYO Kelontong bukan sekadar aplikasi, namun sebuah gerakan sosial yang mendukung pertumbuhan toko-toko ritel lokal di Indonesia.” kata Rima.

AYO Kelontong hadir dengan berbagai fitur menarik seperti pesan antar, tantangan, main bareng, kupon, voucher, dan fitur lainnya yang akan membuat pengalaman belanja kebutuhan sehari-hari jadi lebih nyaman.

SRC juga menghadirkan tas belanja yang dikreasikan dengan kolaborasi bersama Hari Merdeka, sosok ilustrator Indonesia yang giat mengangkat tema Indonesia dalam karya-karyanya.

Tas belanja ini akan merepresentasikan perjalanan SRC selama 13 tahun berkontribusi untuk Indonesia.

Tas memiliki filosofi yang kuat dan merupakan ikon dalam berbelanja. Layaknya tas, SRC adalah sebuah wadah yang membawa industri toko kelontong ke arah yang lebih baik, secara ekonomi maupun sosial. Mulai dari mengubah toko menjadi rapi, bersih, dan terang, mengadaptasi teknologi digital, merangkul industri UMKM, serta transformasi lainnya.

Dengan filosofi tas atau wadah, setiap perubahan diwujudkan sebagai collaborative effort para penjual, pembeli, dan masyarakat sekitar, termasuk UMKM.

Exit mobile version