PADA 23 Juli 1996, setelah melewati Rapat Umum Pemegang Saham, setelah 30 tahun memegang kemudi perusahaan, Ciputra resmi mundur dari Direksi PT Pembangunan Jaya, perusahaan yang dia dirikan pada 1961. Baru setahun pensiun, badai datang menghantam Pembangunan Jaya dan perusahaan-perusahaan lain milik Ciputra.
Manajemen panik. Utang perusahaan keluarga ini hampir US$100 juta. “Pada satu titik saya paham, kapal kami telah karam meski belum tenggelam. Secara logika, utang-utang kami sulit terbayar,” kata Ci. Hampir setiap hari, bersama anak-anak, para menantu dan manajemen grup, Ci mesti menghadapi tekanan dan kemarahan dari pihak bank, juga para kontraktor, mandor, dan pemasok yang meminta tagihannya segera dilunasi. Sementara pendapatan terus menyusut, bahkan kering sama sekali.
Meski sangat sulit dan melelahkan, menguras emosi dan air mata, dengan tertatih-tatih, tiga kelompok usaha Ciputra : Pembangunan Jaya, Metropolitan, dan Grup Ciputra, perlahan keluar dari krisis. Banyak hal mesti dikorbankan. Misalnya, Ciputra melepas saham di sejumlah perusahaan, di antaranya di BSD. Beberapa unit usaha seperti Bank Ciputra ditutup untuk selamanya. Pelbagai cara dan skema ditawarkan kepada para kreditur untuk menyelesaikan utang.
Di Grup Ciputra, generasi ketiga keluarga Ciputra sudah mulai bergabung dalam manajemen. Cipta Ciputra Harun, 25 tahun, salah satunya. Cipta menuturkan, generasi ketiga keluarga Ciputra yang hendak bergabung dengan Grup Ciputra mesti meniti karier dari bawah. Tak ada cerita cucu Ciputra yang baru lulus kuliah dan langsung jadi direktur. Kata Cipta, kakeknya orang yang punya determinasi tinggi. Kalau ada satu masalah, dia bakal telepon kamu sepuluh kali setiap hari untuk memastikan masalah itu terpecahkan.●