hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza

Tiongkok Pangkas Tingkat Suku Bunga Dorong Pemulihan Ekonomi

Peluangnews, Jakarta – Kebijakan moneter dan fiskal oleh Pemerintah Tiongkok dan Bank Sentral, masih belum mampu menyakinkan pelaku pasar dan investor terkait dengan proses pemulihan ekonomi yang terjadi di negeri tirai bambu tersebut.

Keraguan yang timbul akibat gagalnya penangangan Covid-19 kemarin juga telah membuat luka yang tidak tidak tersembuhkan bagi pelaku pasar dan investor.

Dibutuhkan dorongan lebih, tindakan yang lebih nyata untuk membuktikan keseriusan Pemerintah Tiongkok dan Bank Sentral Tiongkok untuk bisa menunjukkan proses pemulihan.

“Oleh karena itu, Bank Sentral Tiongkok memangkas tingkat suku bunga 7 Day Reverse Repo sebanyak 10 bps dari 2% menjadi 1,9% pada hari Selasa pekan lalu,” kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Senin (19/6/2023).

Penurunan tingkat suku bunga ini merupakan yang pertama sejak Agustus 2022. Hal ini memberi indikasi Bank Sentral Tiongkok akan kembali menurunkan tingkat suku bunga mereka pada pertemuan tingkat suku bunga tenor 1 tahun dan 5 tahun loan Prime Rate.

Untuk 1yr Loan Prime Rate diproyeksikan akan turun dari 3,65% menjadi 3,55%. Untuk 5yr Loan Prime Rate diproyeksi turun dari 4,3% menjadi 4,2%.

Namun penurunan tingkat suku bunga saat ini tampaknya masih kurang mendorong akselerasi pemulihan ekonomi yang terjadi di Tiongkok. Data inflasi masih mendekati 0%, purchase price index (PPI) kembali turun dari -3,6% menjadi -4,6%, Industrial Production secara tahunan juga turun dari 5,6% menjadi 3,5%.

Yang semakin mengkhawatirkan adalah Retail Sales secara tahunan juga turun meski masih bertumbuh dari 18,4% menjadi 12,7%.

Adapun berbagai bank besar turut memprediksi pertumbuhan ekonomi Tiongkok 2023. UBS, Standard Chartered, Bank of America (BoA) dan JPMorgan dalam proyeksi terbarunya memperkirakan pertumbuhan ekonomi Tiongkok sekitar 5,2% s.d. 5,7% tahun 2023, turun dari proyeksi sebelumnya 5,7% s.d. 6,3%.

“Sejauh ini, kami melihat akhirnya Tiongkok mengakui perlambatan ekonomi kian mengkhawatirkan, dan tidak bisa berdiam diri. Ada potensi pemangkasan tingkat suku bunga akan kian terjadi apabila memang Pemerintah dan Bank Sentral bergerak,” kata Nico

Goldman Sachs Group Incs juga memproyeksikan ada pemangkasan tingkat suku bunga sebanyak 25 bps lagi untuk loan prime rate. Menurut mereka, pemotongan lain dan tingkat kebijakan berpotensi akan terjadi lebih banyak pada kuartal IV-2023.

Pemangkasan tersebut sejauh ini belum memberikan sentimen positif bagi pasar, belum terlihat ada reaksi yang signifikan terkait dengan pergerakan pasar.

“Hal ini kami perhatikan karena pelaku pasar dan investor mengharapkan lebih banyak kebijakan untuk meningkatkan kepercayaan bisnis dan investasi,” kata Nico.

Tidak sekadar memangkas tingkat suku bunga, permintaan kredit yang masih melemah belum menjadi stimulus yang berarti bagi perekonomian. Beruntung bagi Tiongkok, pemangkasan tingkat suku bunga mereka, juga diikuti dengan tidak dinaikkannya tingkat suku bunga The Fed.

Sebab apabila The Fed menaikkan tingkat suku bunga, maka ini akan membuat capital outflow berpotensi terjadi, apalagi sejauh ini Yuan juga terus melemah terhadap dolar AS hingga 3,6% pada tahun ini dan menjadi salah satu mata uang yang memiliki kinerja terburuk.

Gubernur Bank Sentral Tiongkok, Yi Gang pada minggu lalu juga berjanji untuk meningkatkan beberapa penyesuaian pelonggaran kebijakan untuk mendukung ekonomi riil.

Tiongkok telah mengambil pendekatan yang terukur untuk stimulus moneter dan fiskal pada tahun 2023. Hal ini tentu akan mendorong sektor ekonomi tertentu yang membutuhkan bantuan khususnya usaha kecil.

Apa yang terjadi di Tiongkok, berbeda dari yang terjadi di Selandia Baru, yang akhirnya selama dua kuartal berturut-turut mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang negatif yang sebelumnya pada kuartal IV 2022 sebesar -0,7%, dan kuartal I-2023 berada di level -0,1%.

Selandia baru akhirnya masuk resesi akibat dari menaikkan tingkat suku bunga untuk melawan Inflasi. Kenaikan tingkat suku bunga oleh Selandia Baru ini mematik sisi rumah tangga yang melihat kenaikan biaya pinjaman akibat naiknya tingkat suku bunga.

“Kami cukup khawatir bahwa ini merupakan suatu pertanda bagi negara lainnya, sehingga kehati-hatian merupakan yang terpenting saat ini,” kata Nico. (Aji)

pasang iklan di sini