Layanan prima dan bertanggungjawab serta kebersamaan saling menolong menjadi kunci sukses dalam berkoperasi. Hal itu menjadi pondasi Kopdit Pintu Air dalam mengembangkan usahanya. Salah satunya adalah Kopdit Pintu Air cabang Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
Melayani mereka yang tidak terjangkau oleh lembaga keuangan formal, motto itu yang mendorong Kopdit Pintu Air Rotat, Maumere, NTT terus melakukan pengembangan usaha ke berbagai wilayah di Tanah Air. Hal itu sesuai pula dengan salah satu keputusan dalam RAT ke XXVII koperasi berusia 28 tahun ini awal Mei lalu, bahwa ekspansi ke daerah baru akan terus digenjot guna menolong mereka yang masih mengalami kendala pembiayaan usaha. Ekspansi itu juga sekaligus upaya mengejar pertumbuhan anggota yang pada 2025 ditarget mencapai sejuta orang.
“Pertumbuhan Kopdit Pintu Air secara kuantitatif akan terus kami galakkan, namun demikian tidak asal berkembang, karena kepada setiap manajer cabang kami ingatkan agar tetap menjaga aspek kualitatif, yaitu tetap menjalankan pendidikan terhadap anggota, dan terpenting tingkatkan terus pelayanan agar anggota merasa nyaman karena koperasi ini adalah milik mereka sendiri,” kata Ketua Pengurus Kopdit Pintu Air Yakobus Jano.
Pelayanan yang ramah, kata Jano adalah kunci awal bagi Kopdit Pintu Air diterima oleh masyarakat. Hal itu dipegang teguh oleh segenap pimpinan cabang Kopdit Pintu Air yang kini tersebar di sejumlah kota besar di Tanah air, antara lain, Palangkaraya (Kalteng), Sangata (Kaltim), Makassar (Sulsel), Manado (Sulut), Denpasar (Bali), Sidoarjo (Jatim), Yogyakarta (DIY) dan Kampung Sawah (Bekasi, Jabar).
Seperti diakui, Yasef Oktavianus, Manajer Kopdit Pintu Air Cabang Palangkaraya, bahwa pelayanan yang prima kepada anggota berkelindan dengan pengembangan jejaring. “Jejaring memang penting agar jumlah anggota terus meningkat, tetapi setelah itu harus ditindaklanjuti dengan pelayanan yang baik, di mana anggota merasa dihormati sebagai bagian dari pemilik koperasi,” ujarnya. Salah satu dilakukan adalah menggencarkan sosialisasi kepada karyawan PT Agro Lestari Sentosa di Kalteng yang berasal dari NTT tentang pentingnya menabung untuk mempersiapkan hari tua bersama Kopdit Pintu Air. Yasef berupaya menciptakan nuansa kekeluargaan bagi para pekerja asal NTT tersebut, dengan menjadikan Kopdit Pintu Air bagai ‘rumah kedua’ nya di perantauan dimana para anggota mendapat dana solidaritas kesehatan, solidaritas dukacita, dan beasiswa serta memperoleh bunga simpanan dan pinjaman yang sangat variatif berdasarkan besar dan jangka waktu menyimpan serta meminjam. “Hal ini sejalan dengan motto, engkau susah saya bantu, aku susah engkau bantu,” pungkas Yasef.
Berkat kepiawaian Yasef menyasar jaringan anggota, kantornya yang semula hanya cabang pembantu, pada November 2022 lalu, beralih status menjadi Kantor Cabang. Peralihan itu membuat kinerja usaha makin gencar dengan pertumbuhan hingga 70 persen. Anggota tercatat 1.300 orang dari sebelumnya 897 orang. Begitu pula jumlah aset, sebelumnya Rp6,8 miliar naik menjadi Rp9,3 miliar.
Layanan Jempola
Sejak meluncurkan Layanan Jemput Bola (Jempola) sebagai salah satu daya tarik bagi anggota dan calon anggota KSP Kopdit Pintu Air, program ini mendapat respon yang baik dari anggota. Layanan yang ditujukan demi peningkatan usaha rumahan (home industry) ini dirasakan manfaatnya oleh Mohammad Kholil, anggota KSP Pintu Air Cabang Sidoarjo, Jatim.
Kholil, yang membuka usaha membuat dompet ini, mengaku tertarik dan bergabung ke KSP Kopdit Pintu Air karena adanya layanan Jempola. Ia merasa terbantu karena kesibukannya membuat dompet membuatnya tidak punya banyak waktu mendatangi kantor koperasi. Dengan Jempola petugas langsung datang ke tempat kerjanya.
Menjelaskan Jempola, Ketua Komite Cabang Sidoarjo Jatim, Petronela Binsasi, mengatakan untuk mendapat layanan Jempola harus memenuhi beberapa kriteria seperti usaha yang jelas atau riil. Anggota yang memanfaatkan jempola punya tempat usaha, paling kurang ada tenaga kerja dan hasilnya bisa dipasarkan.
“Usaha membuat dompet Mohammad Kholil ini sudah memenuhi syarat tersebut,” ujar Nela, sapaan Petronela Binsari.
Seperti dikatakan Yakobus Jano, layanan Jempola merupakan apresiasi kepada anggota yang usahanya berkembang maju. “Mereka sibuk dengan usahanya, karenanya kita yang mendatangi mereka dengan demikian mereka sekaligus terhindar dari para Pelepas uang yang sering mematok bunga tinggi,” cetus Jano.
Perihal para Pelepas uang berbunga tinggi yang lebih dikenal dengan sebutan rentenir, sambung Jano, sudah sangat meresahkan masyarakat namun para peminjam biasanya juga tidak berdaya karena dalam kondisi terpaksa, karena butuh biaya modal usaha.
Karenanya, Jano memberikan apresiasi tinggi kepada 248 anggota Kopdit Pintu Air unit Kikuboko, Kabupaten Sumba Barat Daya yang melakukan ikrar menolak rentenir di wilayah itu. Ikrar penolakan tersebut dilontarkan saat diskusi bersama tim dari Kopdit Pintu Air pusat yang datang melakukan tatap muka dengan anggota di wilayah itu, Jumat (26/5/2023).
“Kami siap perangi dan tolak rentenir. Kami sekali Pintu Air tetap Pintu Air sampai mati,” teriak anggota sambil meneriakan yel Kopdit Pintu Air yang dipimpin Deputi Operasional Fransiska Irmayati Subu.
Semangat kekeluargaan yang dibangun unit Kikuboko, kata Irmayati, hendaknya terus dijaga dan dipetahankan. Karena kebersamaan saling menolong menjadi kunci sukses dalam berkoperasi.
Hal senada ditegaskan Ketua KCP Elopada, Dominikus D Bili yang mengajak anggotanya untuk tidak tergoda dengan rayuan rentenir. Menurutnya, sepak terjang rentenir hanya untuk memperkaya diri sendiri. Berbeda dengan Kopdit Pintu Air yang mengutamakan aspek manusia melalui upaya menumbuhkan semangat kekeluargaan dan gotong royong. (Irm)