octa vaganza

Tiga Unikum Papua

Setidaknya ada tiga kota istimewa di Papua. Kota Agats didirikan di atas papan. Dua lainnya, Kuala Kencana dan Tembagapura, berkibar bahkan sebagai kota dengan rancang bangun arsitektur paling modern di Tanah Air.

 

Agats, Mengapung di Rawa Lumpur

ANDA tahu kota bernama Agats? Namanya relatif asing untuk banyak orang. Agats jadi istimewa karena semua bangunan perumahan dan perkantoran, fasilitas, bahkan jalanan didirikan di atas papan. Segalanya di Kota Agats dibuat dari kayu dengan konstruksi panggung. Sebab, kawasan Agats adalah rawa berlumpur. Bangunan di atasnya tak bisa langsung terletak dan tertancap di atas tanah.

Kota ini berada di pesisir selatan Pulau Papua, dekat wilayah Timika, di Kabupaten Mimika. Karena posisinya itu, Agats lebih mudah mencapai Agats dari kota Timika dengan menggunakan kapal laut atau pesawat perintis. Kota berpenduduk sekitar 76.000 jiwa ini merupakan kota penting bagi distrik-distrik di sekitarnya.

Seluruh jalan di Kota Agats memang menyerupai jembatan yang dibuat dari kayu besi. Seiring perkembangan zaman dan teknologi, jembatan-jembatan ini kemudian mulai disempurnakan dalam bentuk beton yang lebih kuat

Semua bangunan di kota seluas ± 30.000 km² ini pun menyesuaikan dengan bentuk rumah-rumah panggung. Bahkan, alat transportasi utama di dalam kota jembatan ini adalah motor, itupun motor yang menggunakan tenaga listrik. Mobil sudah pasti tidak akan mungkin menjadi alat transportasi.

Keterbatasan lain yang paling mencolok adalah kurangnya pasokan air bersih. Masyarakat Agats hingga kini bertahan dengan air hujan yang ditampung di tabung-tabung air. Kondisi tanah rawa membuat tanah ini sulit menyediakan air bersih. Masyarakat mandi menggunakan air tadah hujan. Hasilnya terasa lebih licin dan rada sulit dibilas ke badan.

Pelabuhan, kantor pemerintahan, rumah sakit, pasar, kantor polisi, pos tentara, sekolah, bahkan museum tersedia di kota unik ini. Toko-toko kelontong dan rumah makan banyak sekali buka di sepanjang kota Agats, umumnya dimiliki oleh para pendatang. Museum biasanya jadi titik kiunjungan pertama untuk mempelajari kehidupan suku Asmat lebih lanjut.

Kuala Kencana, Semua Kabel Ditanam

Inilah kota pertama di Indonesia yang menggunakan utilitas bawah tanah untuk saluran kabel listrik dan komunikasi. Tidak ada tiang jalur kabel listrik atau kabel telepon yang terlihat. Sistem distribusi airnya terpusat, dengan pengelolaan limbah terpadu. Mereka memiliki water treatment plant mandiri dengan standar air bersih yang tinggi sehingga air kran (tap water) yang ada di rumah-rumah sudah aman untuk langsung diminum (potable).

Kuala Kencana berada di kawasan Timika. Dekat Tambang Grasberg dan Bandara Internasional Mozes Kilangin dan Pelabuhan Amamapare sebagai jalur distribusi barang tambangnya. Sengaja dibangun sebagai kawasan terbatas, untuk menunjang kegiatan perusahaan tambang di Papua. Adanya di tengah hutan, dengan pepohonan lebat sebagai batas. Meski demikian, fasilitas Kota Kuala Kencana sangat memadai.

Diresmikan Presiden Soeharto tahun 1995, dibangun dan dikelola oleh PT Freeport Indonesia (PT FI). Penduduknya tak terlalu banyak. Suhu udara kota cukup hangat. Curah hujan yang tinggi menjadikannya agak sejuk, karena hampir setiap hari turun hujan. Kontras dibandingkan dengan Timika, Kuala Kencana sangat bersih, terawat, dan teratur. Pengemudi mobil di sana sangat santun.

Model rumah yang dibangun menyerupai model rumah ala negara Barat. Dibangun rapi dan teratur, tanpa pagar dan halamannya dihiasi taman dengan hamparan rumput yang luas, hijau dan terawat. Tidak ada sampah di pinggir jalan. Rambu-rambu lalu lintas terpasang jelas di banyak tempat, dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Fasilitas Kuala Kencana sebagai kota sangat lengkap.

Kuala Kencana memang bukan obyek wisata. Yang boleh masuk ke distrik ini hanya orang-orang yang memiliki izin tertentu dari PT FI.

 

Tembagapura, Negeri di Atas Awan

Tak jauh berbeda dengan Kuala Kencana, Kota Tembagapura yang terletak di Kabupaten Mimika ini dibangun untuk menunjang kegiatan pertambangan. Fasilitas di kota ini pun sangat diperhatikan, mulai dari sekolah, pusat perbelanjaan, rumah sakit, dan kantor tersedia lengkap di sini.

Dijuluki sebagai “negeri di atas awan” karena keunikan faktor alamnya. Kota Tembagapura selalu diselimuti oleh awan, sehingga mencatat curah hujan yang sangat tinggi, dengan suhu  5-20º Celcius. Distrik yang terletak di bagian tengah Papua, di Kabupaten Mimika, pada rangkaian pegunungan Sudirman. Posisinya berada pada ketinggian ± 2.000 m dpl, karena memang tidak jauh dari Puncak Carstensz, puncak tertinggi di kawasan Oceania.

Tembagapura berjarak 15 menit penerbangan helikopter dari Bandara Internasional Mozes Kilangin di Timika. Apabila ditempuh dengan bus, perjalanan anda akan memakan waktu 2-3 jam. Terbang ke Tembagapura dengan menggunakan fasilitas chopper PT Freeport Indonesia (PT FI) yang dioperasikan oleh PT Airfast Indonesia, dengan kapasitas 30 penumpang. Kebanyakan penumpangnya tentu saja bule-bule Amerika Serikat yang bekerja di PT FI.

Dibangun dan dikelola sepenuhnya oleh PT FI untuk mendukung kegiatan tambang Grasberg, 10 miles dari kota ini. Fasilitasnya lengkap, dengan standar internasional, dari rumah sakit, supermarket, bar dan kafe, lapang sepak bola, hingga sekolah bertaraf internasional. Gedung perkantoran dan workshop banyak dibangun, begitu juga dengan rusun atau yang lebih pantas kita sebut dengan apartemen, rumah, dan barak.

Kadang-kadang PTFI mengadakan paket perjalanan yang dinamakan Wisata Tambang Grasberg (WTG). Untuk bisa ikut dalam WTG, wisatawan harus mendaftar pada departemen internal PT FI, melalui seleksi yang ketat.●(dd)

Exit mobile version