hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza
Wisata  

Tiga Museum Unik dan Tersembunyi di Belantara Jakarta

JAKARTA—-Ibu Kota tidak hanya memiliki museum yang serig ditulis di buku panduan wisata, seperti Museum Fattahillah, Museum Wayang dan Museum Seni rupa dan Keraik di kawasan Kota Tua, Museum Gajah di Medan Merdeka Barat, Museum Bank Indonesia di Jalan Lada, Pinangsia. Tetapi juga museum-museum yang unik yang tersembunyi di belantara Jakarta.

Museum-museum ini jarang dijadikan pilihan bagi tour guide untuk paket kunjungan wisatanya. Pasalnya mseum-museum ini terletak di kawasan pelosok cukup jauh dari arus besar destinasi wisata yang banyak terpusat hanya di sentra-sentra tertentu. 

Hal ini juga jadi pekerjaan rumah bagi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jakarta, agar bisa mengaitkan kunjungan museum ini, setidaknya sebagai alternatif dengan kunjungan dalam satu hari trip. Menurut data dari Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta hingga 2018, terdapat lebih dari 70 museum.

Museum Layang-layang Indonesia

Museum Layang-layang Indonesia  terletak di Jalan Haji Kamang nomor 38, masuk sekitar 350 meter dari Jalan Fatmawati, Pondok Labu, Jakarta Selatan.  

Pendiri museum ini adalah seorang pakar kecantikan yang menekuni dunia layang-layang sejak1985 dengan membentuk Merindo Kites & Gallery yang bergerak di bidang layang-layang yang bernama Endang W. Puspoyo.

Museum yang menampati  areal seluas 2.700 meter persegi mempunyai satu pendopo besar yang menjadi display layang-layang yang pernah ada di Indonesia bahkan ada yang dari luar negeri. Di antara koleksi terdapat layang-layang bermotif wayang, berbentuk kuda semberani, etnik. Capung, kupu-kupu bahkan dari daun lontar yang diameternya di atas satu meter.

Bukan hanya menikmati suguhan sekitar 600 koleksi layang-layang yang karena keterbatasan tempat, hanya sekitar sepertinya dipamerkan bergantian, tetapi juga workshop pembuatan layang-layang hingga memberikan fungsi edukasi. Museum ini sempat ditutup karena pandemi, namun kini dibuka lagi dengan protokol kesehatan setiap hari jam 9.00 hingga 16.00 dengan harga tiket Rp25 ribu.

Museum Basoeki Abdullah

Museum yang sebetulnya kaya akan edukasi adalah Museum Basoeki Abdullah.  Pada 1998 rumah di Jalan Keuangan Raya No. 19 Cilandak Barat Jakarta Selatan di serahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan,  Direktorat Permuseuman.

Bangunan rumah dua tingkat seluas  sekitar  600 m2 dan luas tanah sekitar 450 m2 direnovasi agar dapat difungsikan sebagai museum. Pada 25 September 2001 Museum Basoeki Abdullah diresmikan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata I Gede Ardika, pada 29 November 2016.

Koleksi Museum Basoeki Abdullah terdiri dari koleksi lukisan dan koleksi pribadi pelukis Basoeki Abdullah berupa patung, topeng, wayang, senjata dan sebagainya. Jumlah koleksi museum yang dihibahkan berdasarkan data yang ada sebanyak 123 buah, sedangkan koleksi pribadi (barang dan benda seni) milik Basoeki Abdullah sebanyak 720 buah, dan buku-buku/majalah sekitar 3.000 buah.

Museum ini dibuka setiap hari  pukul 08.00-20.00. Musuem ini beberapa menggelar pameran, workshop hingga dialog terkait seni rupa hingga fungsinya tidak hanya memamerkan koleksi dan punya fungsi edukasi.  Sebetulnya museum ini layak masuk daftar panduan kunjungan wisata paket, sekalipun bukan di kawasan protokol.

Museum Toeti Heraty

Para pencinta seni di Jakarta awalnya hanya mengenal ini Cemara Gallery 6, yang sebetulnya milik staf pengajar Fakultas ilmu Budaya UI dan filsuf Toeti Heraty Noerhadi-Roosseno. Museum ini terletak yang  di Jl.Hos Cokroaminoto No.9, Menteng, Jakarta Pusat  mengoleksi berbagai benda seni, seperti lukisan dari jaman old master hingga kontemporer, patung F. Widayanto, hingga memorabilia keluarga Toeti Heraty.  Lebih dari 300 lukisan, karya 60 perupa terkenal Indonesia.

Cemara 6 Galeri berdiri pada 27 November 1993 untuk  menampung koleksi pelukis Salim, yang terkatung-katung sesudah pameran di Taman Ismail Marzuki (TIM). saat itu tidak dapat dijual karena persyaratan pihak bea dan cukai tidak terpenuhi. Jadi, satu-satunya penyelesaian adalah dibeli secara keseluruhan untuk kepentingan umum. Pada 16 April 2014, galeri seni diresmikan menjadi museum.

Museum ini terbagi dua namun menyambung itu, yakni di Jalan Hos Cokroaminoto No.09-11 seluas 850 meter persegi dan Jalan Cemara No.6 Jakarta Pusat seluas 650 meter persegi tersebut terdiri dari beberapa ruangan, antara lain ada yang berfungsi untuk ruang pameran, perpustakaan, auditorium, ruang rapat, café, lima unit kamar homestay, serta tempat tinggal Toeti Heraty. Untuk berkunjung ke museum ini pengunjung merogoh kocek sebesar Rp10 ribu untuk biaya masuk, minuman, dan snack.

Sayangnya, sekalipun terletak di dekat kawasan protokol keberadaan museum ini seolah tersembunyi di belantara Jakarta.  Padahal punya nilai dan pengetahuan edukasi yang unik (Van).

pasang iklan di sini