YOGYAKARTA-—Tiga mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil mengolah jahe merah menjadi formula yang dapat digunakan sebagai penghambat penyakit ginjal kronis dengan faktor risiko hipertensi.
Dengan demikian di tangan anak-anak milenial ini menambah deretan fungsi jahe merah tidak saja bumbu dapur dan miuman hangat.
Nada Hanifah mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM bersama Yusuf Farid Achmad (FKH UGM) dan Aida Humaira (Fakultas Farmasi UGM) mengembangkan formula yang mereka namakan Zaha.
“Jahe merah mengandung sejumlah senyawa seperti gingerol, shogaol, flavonoid, serta aktivitas antioksidan yang tinggi dapat menghambat enzim penyebab vasokonstriksi dan menurunkan tekanan darah,” ujar Nada, Selasa (9/7), dikutip dari laman UGM.
Menurut Nada, kandungan antioksidan pada jahe merah juga menurunkan stres oksidatif sehingga menghambat kerusakan pada ginjal. Ekstrak jahe merah diformulasikan dengan teknologi nanoemulsi untuk meningkatkan solubilitas, stabilitas, serta efektivitas dari ekstrak jahe merah.
“Pengembangan Zaha dilatarbelakangi keprihatinan terhadap penderita penyakit ginjal kronis. Penyakit ini merupakan penyakit yang timbul secara perlahan dan bersifat menahun,” ungkap Nada lagi.
Penyebab terbanyak kedua adalah hipertensi, yang pengaruhnya mencapai 25%. Sementara peningkatan tekanan darah dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai.
Didorong hal itu, ketiganya berupaya membuat sebuah formula dari bahan alam, yakni jahe merah sebagai bahan untuk pengobatan penyakit tersebut. Jahe merah merupakan tanaman herbal yang telah dikenal dan dikonsumsi secara turun temurun oleh masyarakat.
Hasil penelitian 3 mahasisa UGM ini menunjukkan, tingkat kerusakan ginjal yang terjadi pada model hewan tikus dapat dihambat serta penurunan tekanan darah yang signifikan dibandingkan kelompok perlakuan tanpa Zaha.