Sebenarnya tak sulit-sulit amat berpikir inovatif itu. Tapi jangan juga diartikan hal itu mudah. Resepnya adalah pembiasaan. Dengan mengenali tiga hal ini: Masalah, Kebutuhan, Peluang (MPK) sebaik mungkin, anda akan tertuntun di jalur inovasi.
DI TENGAH
era yang serba cepat berubah dan memerlukan adaptasi yang supercepat terhadap
suatu perubahan saat ini, inovasi merupakan satu-satunya kunci. Haya dengan itu kita bisa
bertahan. Banyak orang mengatakan, “Innovate
or Die”. Berinovasi atau mati. Jika di zaman yang serba cepat berubah ini
kita masih berkutat di poin atau tempat itu-itu saja, tanpa penyesuaian dan
inovasi, maka bersiaplah untk tergilas ditelan zaman dan ditinggalkan.
Jadi,
pentingkah inovasi itu? Tidak perlu dijawab lagi rasanya. Banyak sekali orang,
perusahaan, organisasi, yang berhasil menjadi yang terdepan di era ini walaupun
hanya melakukan sebuah inovasi kecil. Lantas, bagaimana agar kita bisa berpikir
inovatif? Berikut ini adalah 3 langkah untuk melatih berpikir inovatif.
Tiga langkah
untuk menumbuhkan innovative thinking ini
sangat sederhana yaitu bisa disingkat dengan M-K-P. Apa sajakah M-K-P itu? Mari
kita bahas satu per satu.
Langkah 1: Masalah. Melatih berpikir inovatif
yang paling mudah adalah dengan berusaha mencari masalah yang ada kemudian
memecahkannya. Ada begitu banyak sekali permasalahan yang dialami setiap orang
atau komunitas yang hingga saat ini belum ditemukan solusinya.
Cobalah
untuk melihat sekeliling, jalan-jalan ke suatu tempat tertentu, lakukan
pengamatan, dan coba tarik kesimpulan, masalah apa yang sedang terjadi di sana?
Mereka yang berpikir inovatif biasanya berpikir berawal dari masalah kemudian
mencoba menciptakan sesuatu untuk memecahkan masalah tersebut.
Langkah 2: Kebutuhan. Dari sebuah masalah yang
ditemukan, maka di sisi lain hal tersebut dapat juga merupakan sebuah
kebutuhan. Sebagai contoh, seorang ibu yang memiliki bayi merasa sulit untuk
memanaskan air di perjalanan untuk membuat susu. Ini adalah sebuah gejala
masalah, kemudian kita cari akar masalahnya. Ditemukanlah bahwa masalah utama
di perjalanan akan sulit mendapatkan listrik untuk memanaskan air.
Kebutuhannya
tentu saja bagimana agar bisa membuat susu yang tetap hangat selama di
perjalanan panjang. Mengubah sebuah masalah menjadi kebutuhan akan menjadi cara
yang lebih powerful untuk melatih berpikir
inovatif.
Langkah 3: Peluang. Kita sudah menganalisis
masalah menjadi kebutuhan. Selanjutnya apa? Cari peluang apa yang bisa
digunakan untuk memecahkan masalah tersebut! Misalnya masalah susu panas tadi,
bagaimana jika di botol susu kita berikan sebuah baterai yang bisa digunakan
untuk menghangatkan susu yang ada di dalamnya? Apa peluang yang memungkinkan
selain ide itu?
Untuk
melihat peluang, anda juga bisa melihat apa passion anda, atau melihat expertise anda, atau bisa juga
berkonsultasi ke teman-teman anda. Semakin banyak peluang yang lahir, justru
akan semakin besar juga pola pikir inovatif yang terbentuk.●