
Peluang News, Jakarta – Menteri Koperasi dan UKM (MenkopUKM), Teten Masduki menekankan mengenai pentingnya hilirisasi dalam mengembangkan aneka produk dari kratom melalui koperasi-koperasi di Indonesia, salah satunya di Kalimantan.
Apalagi, saat ini proses produksi Kratom itu sudah bisa dilakukan oleh koperasi. Untuk itu, ia mendorong agar pengembangan hilirisasi kratom di Indonesia dapat terus dilakukan.
Hal ini Teten sampaikan saat mengunjungi Sentra Produksi Kratom milik Koperasi Produsen Anugerah Bumi Hijau (Koprabuh) cabang Kalimantan Timur, di Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Jumat (13/9/2024).
Adapun kratom sendiri merupakan tanaman endemik Asia Tenggara yang sejak lama daunnya dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat sebagai tumbuhan herbal dan memiliki nilai ekonomi yang cukup besar.
Bersama dengan Deputi Bidang Perkoperasian KemenkopUKM, Ahmad Zabadi dan CEO Koperasi Koprabuh Indonesia, Yohanis Walean, Teten menikai bahwa langkah strategis pengembangan produk kratom ini sudah dibahas di Rapat Kabinet yang dipimpin Presiden Jokowi.
“Hal ini dikarenakan sangat penting dan layak untuk dikembangkan sebagai peningkatan ekonomi Kalimantan,” ucapnya.
Oleh sebab itu, ia meyakini atau optimistis bahwa hilirisasi produk kratom dapat terus dilakukan mengingat Koperasi Koprabuh sudah melakukan riset yang cukup mendalam.
“Dan ini bisa menjadi bahan baku bagi supply chain untuk industri farmasi, makanan dan minuman, serta sektor-sektor lainnya. Ini yang ingin kita kembangkan produksinya,” ujarnya.
Terkait dengan pasar, kata Teten, saat ini permintaan dunia sudah semakin besar.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemendag), nilai ekspor kratom selalu mengalami pertumbuhan dengan tren sebesar 15,92 persen per tahun, sejak 2019.
Salah satu negara tujuan ekspor utama kratom Indonesia adalah Amerika Serikat. Pada periode Januari-Mei 2023, porsi AS mencapai 4,86 juta dolar AS atau 66,30 persen dari total ekspor kratom Indonesia.
“Jadi, jangan sampai negara lain yang mengambil potensi besar dan keuntungan dari kratom ini,” pungkasnya.
Secara tegas, ia pun kembali mengingatkan agar masyarakat tidak menjual bahan mentahnya saja, melainkan juga harus diolah agar terwujud hilirisasi.
“Ini sebenarnya hilirisasi, supply chain-nya, bahan bakunya, dari para petani. Hilirisasinya butuh teknologi, dan itu tidak mahal. Ini bisa dipakai di Rumah Produksi Bersama,” jelas Teten.
“Untuk ke depannya, kratom harus menjadi produk yang memiliki nilai tambah dan nilai ekonomi lebih. Dan ini bisa menjadi produk unggulan dari Kalimantan,” imbuhnya.