Peluang News, Jakarta – Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM), Teten Masduki mengajak agar seluruh pihak, termasuk Kementerian/Lembaga untuk mendukung perkembangan industri komponen otomotif, salah satunya yaitu UKM knalpot aftermarket.
Hal ini dikarenakan industri itu memiliki potensi ekonomi yang sangat baik dan besar.
Bahkan, berdasarkan data dari Asosiasi Pengusaha Knalpot Indonesia (AKSI) pada 2023, lebih dari 300 ribu perajin knalpot aftermarket di seluruh Indonesia memiliki jumlah transaksi harian mencapai 7.000 unit.
“Jadi, industri kreatif otomotif knalpot ini memang cukup besar potensi dan nilainya, karena melibatkan 300 ribu produsen hingga penyerapan tenaga kerja yang besar. Jika kita bisa menyuplai 10 persen saja industri otomotif dunia lewat produk knalpot ini, pasti akan sangat besar kontribusinya,” kata Teten Masduki dalam kegiatan Demo Day Knalpot Aftermarket di Gedung Smesco, Jakarta Selatan, Senin (25/3/2024).
Kendati demikian, ia mengatakan, Indonesia masih memiliki masalah lapangan kerja di sisi industri.
Apalagi, pemerintah juga masih kesulitan menyediakan lapangan kerja yang memadai, sehingga harus didukung dengan penggunaan produk lokal melalui industri dalam negeri.
Menurutnya, hal ini dilatarbelakangi dengan adanya petugas yang melakukan razia terhadap pengendara motor yang menggunakan knalpot brong atau bising.
“Memang ada aturan terkait kebisingan knalpot. Polisi melakukan penegakan hukum
ditangkap jika melanggar dan ditindak sudah betul, namun jangan sampai merugikan industrinya,” ucapnya.
Oleh karena itu, ia meminta agar bengkel-bengkel harus diedukasi terkait pemberian layanan yang tak merusak industri knalpot terstandardisasi.
Ia pun mengapresiasi kehadiran komunitas dan K/L yang terus berkomitmen dalam menggerakkan perekonomian nasional dan mendukung ekonomi rakyat.
“Namun semua pihak tetap harus patuh kepada aturan supaya produk UKM bisa terus bersaing dengan produk-produk industri besar dan produk global,” ujar Teten.
“Jadi, semua pihak harus bisa berkomitmen untuk terus mengembangkan industri knalpot aftermarket di tanah air,” imbuhnya.
Sebagai informasi, pertumbuhan industri otomotif pada 2023 tumbuh 7,64 persen lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja industri pengolahan nonmigas yang tumbuh sebesar 4,69 persen year or year (yoy).
Selain itu, ekspor CBU meningkat sebesar 25 persen dari tahun ke tahun, sehingga capaian pada kuartal I tahun 2023 menjadi 3,15 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
Ketua Asosiasi Pengusaha Knalpot Indonesia (AKSI), Asep Hendro Kusumo mengungkapkan bahwa penurunan angka penjualan hingga mencapai 70 persen ini diakibatkan karena adanya penindakan terhadap penggunaan knalpot aftermarket yang dicampuradukkan dengan knalpot brong.
“Untuk itu, kami memohon solusi dan dukungan dari semua pihak serta berharap agar Pemerintah dan AKSI dapat segera merumuskan standardisasi knalpot agar industri ini dapat semakin berkembang,” pungkasnya.