hayed consulting
hayed consulting
octa vaganza
Profil  

Terpaksa Bangun Pagi

Berbicang dengan seorang mantan aktivis mahasiswa seperti Cak Thoriq memang mengasyikan. Selain masih ceplas-ceplos gaya Jawa Timuran, sosok yang satu ini juga tidak menjaga jarak, kendati ia kini berstatus Bupati Lumajang.  “Anda masih seperti mahasiswa nih, apa resep awet mudanya,” tanya Peluang membuka obrolan saat berkunjung ke pendopo Pemerintah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, akhir Februari lalu.

Kunjungan tersebut terkait penyerahan donasi untuk korban bencana erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada 4 Desember 2021 lalu. “Alhamdulillah kami mendapat banyak bantuan dana dari berbagai pihak sehingga kami tidak hanya membangun hunian sementara, tapi juga sudah menyiapkan lokasi pemukiman permanen untuk para korban Semeru,” ujar putra Lumajang kelahiran 14 Desember 1977 ini.

Pekerjaan itu tidak mudah karena tak banyak pengungsi yang bersedia di relokasi dan tetap ingin tinggal di lokasi semula yang sudah terkubur pasir Semeru. “Butuh pendekatan yang lebih telaten, dan alhamdulillah ada yang berkenan pindah,” tuturnya didampingi Ketua Baznas Kabupaten Lumajang Atok Hasan Sanusi.

Sambil mengajak berkeliling pendopo yang asri itu, pemilik nama lengkap Thoriqul Haq ini bercerita tentang masa lalunya yang sarat dengan aksi-aksi protes terhadap penguasa.

“Dulu saya seorang demonstran, suka mendemo, sekarang malah didemo ha..ha..ha,” sergahnya tertawa lepas. Lantaran punya pengalaman berdemo di masa lalu itu, ia jadi tidak kaget jika ada yang mendemonya. “Karena dulu pelaku, saya jadi tahu orasi demo itu berisi atau tidak, karena saya juga pernah buat naskah orasi,” sambung Cak Thoriq lagi yang mulai menekuni politik praktis dan bergabung dengan Partai Kebangkitan Bangsa usai menyelesaikan S2 nya di Faculty of Language and Linguistics, University of Malaya Kuala Lumpur 2006.

Lalu apa kesannya setelah kini menjadi pejabat publik berstatus bupati? Dia mengaku senang menerima amanah tersebut, meski ada pula satu kebiasaan lama yang harus dia tinggalkan. Aktivis jika menjadi pejabat publik harus siap dengan perubahan jam kerja. Jika dulu sebagai aktivis mahasiswa baru beraktivitas sekitar jam 10 atau jam 11, maka menjadi pejabat publik harus sudah siap jam 7 pagi. “Saya tidak bisa lagi bangun siang, karena harus memimpin apel ASN pagi-pagi. Padahal waktu jadi mahasiswa sehabis bangun subuh, biasa tidur lagi, ha..ha..ha,” timpal Thoriq lagi.  (Irm)

pasang iklan di sini