SAAT ini banyak orang merasa ingin meraih sukses dalam waktu yang singkat. Setiap hari kita dibanjiri dengan program televisi dan radio, koran, buku yang menganjurkan agar kita meraih sukses, berkompetisi, dan sebagainya. Bersaing merupakan suatu hal yang baik, namun siapa pesaing kita?
Dalam suatu kompetisi pasti akan ada yang menang dan ada yang kalah. Masalahnya, bagaimana anda menerima kekalahan itu? Apakah anda sudah terlalu tua untuk meraih sukses? Sudah terlambatkah anda untuk meraih sukses?
Banyak yang terjebak dengan pertanyaan ini dan karenannya tertekan. Kita tidak harus bersaing dengan orang lain. Orang lain yang anda maksudkan itu hanyalah sebagai sebuah alat pengukur. Jika kita bersaing dengan diri sendiri dan kemudian kita gagal, siapa pemenangnya? Pikirkanlah.
Menggantungkan keberhasilan seseorang pada kegagalan orang lain (sindrom menang/kalah) seringkali mewujudkan gangguan dan sama sekali tidak produktif. Jika anda tidak bisa menjadi pohon pinus di puncak bukit, jadilah semak belukar di lembah. Jika tidak bisa menjadi pohon yang rimbun, jadilah rumput yang menghijau. Toh tidak semua bisa menjadi nahkoda karena dunia juga butuh kelasi.
Sebenarnya, diri anda adalah saingan terhebat untuk diri anda sendiri. Namun, anggapan yang salah tentang persaingan telah menjadikan orang begitu takut dan khawatir sehingga mereka mulai berpikir bahwa mereka tidak boleh gagal. Kekhawatiran, keraguan dan kegusaran terhadap diri sendiri, takut dan kecewa… itulah “usia” yang begitu lama untuk bisa membuat kita tunduk dan kalah. Seperti kata Jenderal Douglas MacArtur, anda semuda keyakinan anda, setua rasa takut anda, semuda harapan anda, setua kekecewaan anda.
Berdasarkan perspektif lain, yang terpenting adalah berapa lama kita hidup. Untuk apa kita muda, sementara hidup tidak lama. Jika anda merasa diri tua, mengapa tidak anda lanjutkan usia anda dengan cara yang lebih sehat? Jika saat ini anda berusia 50 tahun dan bisa bertahan hingga usia 80 tahun, bukankah ini berarti nasib anda jauh lebih baik dari pada mereka yang saat ini berusia 40 tahun tapi hanya bisa bertahan hingga usia 60 tahun? Pikirkanlah.
Bergantung pada bagaimana orang itu hidup. Dia mungkin mati tua pada usia 40 tahun, atau mati muda di usia 80 tahun. Muda atau tua tidak bergantung pada waktu tetapi pada pikiran. Pekerjaan bukanlah penambah usia melainkan penambah kehidupan dalam usia.
Jika kita teliti, sejak dilahirkan hingga bertusia 10 tahun kita sangat tergantung pada orangtua. Usia 10-20 tahun kita manfaatkan untuk belajar di sekolah. Usia 20-30 tahun kita baru mulai mendapat pengalaman bekerja. Usia 30-40 tahun kita mulai lebih bijaksana dengan berbagai pengalaman dan memiliki beragam keahlian. Sebenarnya, kehidupan seseorang itu bermula pada usia 40 tahun. Jangan khawatir jika pada usia 40-50 tahun anda belum sukses. Jika anda bisa hidup 80 tahun berarti anda punya waktu untuk menikmati usia prima selama 40 tahun.
Survei terhadap 400 tokoh terkenal mencakup negarawan, pelukis, pahlawan dan penyair yang dikaji dan dinilai para pengeritik menghasilkan: 35% dari mereka meraih prestasi cemerlangnya saat berusia 60-70 tahun, 23% dari mereka pada usia 70-80 tahun, dan hanya 8% dari mereka yang meraihnya di usia 80 tahun.
Dengan kata lain, 66% kehebatan di dunia diraih oleh mereka yang berusia 60 tahun. Angka lain menunjukkan 25% dari pencapaian besar diperoleh saat usia 50-60 tahun, dan 10% lainnya didapat saat usia 40-50 tahun; cuma 1% yang menikmati sukses di usia muda (di bawah 40 taun).
Maka, lupakan tentang usia. Mulailah dengan target anda.●